Banjir Stimulus setelah Jepang Cabut Status Darurat Corona

Pingit Aria
26 Mei 2020, 16:38
Kim Kyung-Hoon/Pool Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berbicara dalam sebuah konferensi pers tentang respon Jepang terhadap penyakit virus korona (COVID-19) di Tokyo, Jepang, Senin (25/5/2020).
ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Pool/hp/cf
Kim Kyung-Hoon/Pool Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe berbicara dalam sebuah konferensi pers tentang respon Jepang terhadap penyakit virus korona (COVID-19) di Tokyo, Jepang, Senin (25/5/2020).

Kini, setelah status darurat dicabut, dia memperingatkan masyarakat untuk mengadaptasi diri ke kehidupan new normal dan tetap menghindari "3 C". Ketiganya yaitu, closed space atau ruang tertutup, crowded place atau ruang ramai, dan close contact atau kontak jarak dekat.

"Bila kita melonggarkan perlindungan kita, infeksi akan menyebar amat cepat. Kita perlu waspada," kata Abe

Stimulus Ekonomi

Setelah mencabut status darudat nasional, Jepang akan kembali mengeluarkan paket stimulus senilai US$ 929 miliar atau setara Rp 13.656 triliun (asumsi kurs Rp 14.700 per dollar AS) guna meredam dampak ekonomi dari pandemi Covid-19.

Paket stimulus ini akan menjadi yang kedua, setelah sebelumnya Jepang menggulirkan stimulus senilai US$ 1,1 triliun pada April lalu. "Ekonomi Jepang berada dalam kondisi yang sangat parah dan kami harus segera keluar dari situasi ini," ujar Menteri Keuangan Jepang Taro Aso, dikutip dari Channel News Asia, kemarin.

(Baca: Tiongkok Mulai Berhasil, 7 Negara Ini Juga Kembangkan Vaksin Corona)

Lebih lanjut, paket stimulus kedua ini disiapkan untuk menyelamatkan perusahaan terdampak Covid-19. Melalui paket stimulus yang nilainya setara dengan 100 triliun yen tersebut, Jepang menggelontorkan 60 triliun yen sebagai kredit bagi lembaga keuangan. Kemudian, 27 triliun yen akan disisihkan untuk program bantuan keuangan lainnya, termasuk 15 triliun yen untuk program baru menyuntikkan modal ke perusahaan yang sakit.

Sebagai informasi, perekonomian Jepang telah memasuki fase resesi setelah dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonomi-nya berada di level negatif. Bahkan, analis memperkirakan perekonomian Jepang akan kembali terkontraksi 22% pada April-Juni akibat pandemi corona.

Bank of Japan (BOJ) pun memperluas stimulus moneter dan berjanji membeli sebanyak mungkin obligasi yang diperlukan untuk menjaga bunga pinjaman tetap nol. "Kerangka kebijakan kami dapat menjaga tingkat suku bunga jangka panjang dari kenaikan, bahkan jika pemerintah meningkatkan penerbitan obligasi," ujar Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...