UEA dan Israel Sepakati Hubungan Bilateral, Palestina Dikhianati

Image title
14 Agustus 2020, 09:30
UEA, Uni Emirat Arab, Palestina, Israel, timur tengah
ANTARA/Reuters
Seorang pria Palestina berargumen dengan tentara Israel saat protes atas rencana Israel untuk aneksasi bagian yang diduduki di Tepi Barat, di Lembah Jordan, Rabu (24/6/2020).

Sheikh Mohammed bon Zayed dari UEA menyatakan perjanjian itu bakal menghentikan pencaplokan wilayah Palestina lebih lanjut oleh Israel. Pejabat Senior UEA Anwar Gargash menambahkan bahwa kesepakatan itu membantu meredakan bom waktu serta mendorong Israel dan Palestina kembali ke meja perundingan.

Di sisi lain, kesepakatan itu dipandang sebagai upaya Netanyahu untuk meningkatkan popularitasnya yang sedang turun karena penanganan pandemi corona. Dalam siaran televisi, Netanyahu menyatakan kesepakatan bakal menjadi jalan untuk mencapai kedamaian dengan UEA. Dia pun berharap negara lain dalam kawasan itu mau mengikuti jejak UEA.

Melalui perjanjian tersebut, Israel juga setuju dengan permintaan Trump untuk "menunggu sementara" implementasi janji aneksasinya. Aneksasi merupakan upaya pengambilan dengan paksa tanah orang atau negala lain untuk disatukan dengan tanah sendiri.

"Ini merupakan momen yang menyenangkan, bersejarah untuk perdamian di Timur Tengah," ujar Netanyahu.

Meski begitu, para pemimpin Palestina terkejut dengan kesepakatan tersebut. Palestina bahkan mengecam tindakan ketiga negara dan menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan mereka.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak kesepakatan tersebut. "Itu merupakan pengkhianatan terhadap Yerusalem, Al-Aqsa (masjid paling suci ketiga dalam Islam), dan perjuangan Palestina," ujar Juru Bicara Palestina Abu Rudeineh saat membaca pernyataan dari luar markas besar Abbas di Ramallah, Tepi Barat.

Selain itu, Juru Bicara Kelompok Islam Bersenjata Hamas, Fawzi Barhoum, menyatakan bahwa kesepakatan tersebut sebagai 'tusukan di belakang' bagi perjuangan Palestina. "Itu hanya melayani pendudukan Israel," ujar Fawzi di Gaza.

Israel sebelumnya telah menandatangani perjanjian damai dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994. Namun, Uni Emirat Arab dan sebagian besar negara Timur Tengah tidak mengakui Israel dan tidak memiliki hubungan diplomatik atau ekonomi formal dengan negara tersebut. UEA menjadi negara pertama di Teluk Gulf Arab yang mencapai kesepakatan dengan negara Yahudi itu. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...