Harga Minyak Dunia Menguat Di Tengah Konflik Israel dengan Iran
Harga minyak dunia naik sekitar 1% pada Jumat (12/4) karena ketegangan geopolitik yang terjadi Timur Tengah, terutama konflik antara Israel dengan Iran. Minyak mentah Brent bahkan ditutup naik 71 sen menjadi US$ 90,45 per barel.
Sementara minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) naik 64 sen menjadi US$ 85,66 per barel. Reuters mencatat pada minggu ini, harga Brent turun 0,8%, sementara WTI turun lebih dari 1%.
Selama minggu ini, harga minyak mendekati level tertinggi selama enam bulan di tengah kekhawatiran bahwa Iran, produsen OPEC terbesar ketiga, akan membalas serangan pesawat tempur Israel yang menyerang kedutaan besar Iran di Damaskus pada Senin lalu (8/4).
"Fokus utama pasar saat ini bagaimana sikap Iran, apakah akan membalas Israel di tengah kekhawatiran akan gangguan pasokan akibat kejadian-kejadian di Timur Tengah yang mendukung harga minyak," kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow dikutip dari Reuters pada Sabtu (13/4).
AS memproyeksikan akan ada serangan balasan dari Iran terhadap Israel. Namun, salah satu pejabat AS menyebut serangan ini tidak cukup besar untuk membuat Washington terlibat dalam perang. Sumber-sumber terkait mengatakan, Ibu Kota Iran, Teheran telah mengisyaratkan sebuah respon yang bertujuan untuk menghindari dampak yang besar.
“Masalah rantai suplai masih membawa risiko terbesar karena Iran mempertahankan ancamannya untuk menutup Terusan Suez,” kata ekonom di Matador Economics, Tim Snyder.
Proyeksi Permintaan Minyak Dunia Turun di 2024
Sebagai informasi International Energy Agency telah memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak dunia pada 2024 menjadi 1,2 juta barel per hari (bph). Sementara OPEC pada Kamis lalu mengatakan, permintaan minyak dunia akan naik 2,25 juta bph pada 2024.
"Untuk saat ini, pasar sebagian besar berada di kubu pertumbuhan permintaan OPEC sebanyak 2,2 juta bph dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,2 juta bph dari IEA," kata tokoh Saxo Bank, Ole Hansen.
Reuters menyebut kenaikan harga minyak pada Jumat lalu menghapus kerugian pada sesi sebelumnya, yang didominasi oleh inflasi AS yang meredam harapan penurunan suku bunga The Fed pada awal Juni. Suku bunga yang lebih tinggi dapat melemahkan pertumbuhan ekonomi dan menekan permintaan minyak.
Menurut laporan perusahaan jasa energi Baker Hughes, perusahaan-perusahaan energi AS pada minggu ini akan memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi selama empat minggu berturut-turut. Jumlah rig minyak dan gas yang menjadi indikator awal produksi di masa depan, turun tiga rig menjadi 617 dalam satu Minggu hingga 12 April, atau terendah sejak November 2023.