Riset: Pandemi Datang saat Konglomerasi Bisnis di ASEAN Sedang Surut

Yuliawati
Oleh Yuliawati
17 September 2020, 17:04
konglomerat, bisnis, asia tenggara
ANTARA FOTO/ REUTERS/Edgar Su/hp/dj
Pemandangan perahu yang nyaris kosong dekat Merlion Park, saat pariwisata harus menghadapi penurunan curam akibat mewabahnya virus corona (COVID-19), di sepanjang Marina Bay, Singapura, Kamis (26/3/2020).

2. Menata ulang rantai pasok.

3. Berinvestasi dalam digitalisasi..

4. Cara kerja baru yang lebih cepat dalam menangani krisis karena memerlukan penanganan real-time.

5. Menyusun ulang portofolio setelah pandemi karena prospek industri akan berubah secara luas pasca-pandemi.

Melemahnya Bisnis Konglomerat

Bain & Company meriset perusahaan konglomerat di Asia Tenggara selama 16 tahun belakangan. Riset itu menemukan, pada periode 2004-2014 para konglomerat berhasil mengungguli pertumbuhan pebisnis nonkonglomerasi atau perusahaan yang berfokus pada produk tertentu.

Namun, setelah 2015 atau dalam lima tahun terakhir, kondisinya berbalik dan bisnis para konglomerat melemah. Penyebabnya pasar telah berubah menjadi lebih kompetitif.

Padahal, kunci kesuksesan konglomerasi usaha selama ini adalah keunggulan dari sisi ukuran bisnisnya, diversifikasi (multisektor), dan kedekatan dengan pemerintah.

"Tapi kini menjadi kerugian (bagi para konglomerat). Untuk pertama kalinya, pebisnis murni mengalahkan konglomerat,” tulis laporan tersebut.

Berdasarkan imbal hasil investasi yang diperoleh pemegang saham pada 2014, pengusaha  konglomerat unggul 3 poin dibandingkan pebisnis nonkonglomerasi. Namun, sejak 2015, imbal hasil investasi para konglomerat justru kalah 6 poin dari pebisnis biasa. 

Peneliti melihat banyak konglomerat yang tidak beradaptasi dengan perubahan. Mereka juga gagal dalam mengalihkan fokus usahanya melalui merger dan akuisisi. Padahal berdasar pengamatan, ekspansi inilah yang menyumbang 5% dari 8% keuntungan imbal hasil investasi tahunan pebisnis nonkonglomerasi sepanjang 2014 hingga 2018.

Laporan itu menyebutkan hanya pengusaha yang berkinerja baik dan mengambil tindakan tegas untuk menata ulang portofolio mampu menjadi pemimpin di industri mereka. "Mayoritas konglomerat Asia Tenggara ragu, daya kompetisi lemah dan eksposur tinggi dengan industri yang pertumbuhannya rendah.”

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...