Tujuh Mitos Vaksin Corona yang Telah Dibantah Ahli Kesehatan Dunia

Happy Fajrian
23 Januari 2021, 11:21
vaksin virus corona, mitos vaksin corona,
ANTARA FOTO/REUTERS/Eric Gaillard/HP/dj
Eric Gaillard Warga lansia menunggu pembukaan pusat vaksinasi virus corona (COVID-19) di Nice, Prancis, Jumat (22/1/2021).

Meski demikian Royal College of Obstetricians and Gynaecologists serta Royal College of Midwives Inggris telah meneliti pengaruh vaksin Covid-19 terhadap kesuburan dan kehamilan.

“Kami ingin meyakinkan para perempuan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan vaksin Covid-19 akan mempengaruhi kesuburan. Semua klaim tersebut sangat spekulatif dan tidak didukung dengan data,” kata presiden Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, dr Edward Morris.

4. Vaksin berbahaya untuk wanita hamil

Faktanya, data terkait keamanan vaksin Covid-19 terhadap wanita hamil masih sangat terbatas. Data yang tersedia saat ini yaitu dari hasil uji coba vaksin terhadap seekor tikus yang tengah hamil. Hasil uji coba tersebut menunjukkan vaksin tidak menimbulkan ancaman terhadap kehamilan tikus tersebut.

Meski demikian, pemerintah Inggris menginstruksikan agar wanita hamil tidak menerima vaksinasi. “Vaksin ini belum diuji kepada wanita hamil, jadi sampai tersedia informasi yang lebih lengkap, wanita hamil sebaiknya tidak mengikuti vaksinasi,” tulis pernyataan MHRA Inggris.

Pemerintah inggris juga mencatat bahwa bukti dari studi nonklinis vaksin Pfizer-BioNTech dan Universitas Oxford-AstraZeneca telah ditinjau oleh WHO dan regulator di seluruh dunia dan "tidak menyuarakan kekhawatiran" tentang keamanan kehamilan.

Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi Inggris, menyatakan bahwa potensi manfaat vaksinasi sangat penting bagi beberapa wanita hamil, termasuk mereka yang berisiko sangat tinggi tertular. Dalam kasus ini, pemerintah Inggris merekomendasikan para wanita agar berkonsultasi dengan ahli kesehatan/dokter terkait kemungkinan vaksinasi.

5. Setelah vaksinasi tidak perlu lagi menggunakan masker

Faktanya, seseorang yang telah divaksinasi masih dapat menularkan virus kepada orang lain. Belum diketahui dampak vaksin terhadap transmisi virus corona.

Seiring masih banyaknya orang yang belum menerima vaksinasi, protokol kesehatan tetap harus dijalankan dengan disiplin melalui gerakan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker, untuk mencegah penularan Covid-19.

6. Vaksin tidak diperlukan karena sebelumnya sudah terpapar Covid-19

Seseorang yang telah dinyatakan positif Covid-19 dan berhasil sembuh telah memiliki antibodi di tubuhnya. Namun para ahli tidak yakin berapa lama kekebalan ini bertahan.

Menurut hasil studi di Inggris, orang yang telah terpapar Covid-19 sebelumnya, dan berhasil sembuh, memiliki kekebalan setidaknya selama 5 bulan. Namun hasil studi tersebut juga menujukkan bahwa mereka yang telah memiliki antibodi masih dapat menularkan virus ke orang lain.

7. Penerima vaksinasi bisa terinfeksi Covid-19

Seseorang yang menerima vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna tidak akan terkena Covid-19 karena vaksin tersebut tidak mengandung virus hidup.

Sementara itu vaksin Universitas Oxford-AstraZeneca terbuat dari adenovirus yang telah dimodifikasi. Virus ini merupakan penyebab flu pada simpanse. Virus ini dimodifikasi supaya tidak menyebabkan infeksi melainkan untuk mengirimkan kode genetik lonjakan protein virus korona.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...