Inggris: Industri Militer Rusia Berjuang untuk Penuhi Tuntutan Perang

Aryo Widhy Wicaksono
14 Juni 2022, 14:52
Alexander Ermochenko. Warga lokal berjalan melewati bangunan yang hancur saat konflik Ukraina-Rusia di selatan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Kamis (12/5/2022).
ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko/aww/cf
Alexander Ermochenko. Warga lokal berjalan melewati bangunan yang hancur saat konflik Ukraina-Rusia di selatan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Kamis (12/5/2022).

Namun, industri akan berjuang untuk memenuhi beragam tuntutan tersebut, akibat adanya sanksi dan kurangnya keahlian.

Di sisi lain, Ukraina mengeluarkan seruan, mendesak lebih banyak senjata berat Barat untuk membantu pertahanan di Sievierodonetsk. Menurut Kyiv, pertempuran ini dapat menjadi kunci perlawanan di wilayah Donbas timur dan jalannya perang secara keseluruhan.

Gaidai, seperti dikutip Reuters, mengatakan melalui media sosial, bahwa sekitar 70% kota berada di bawah kendali pasukan musuh, dan penghancuran jembatan terakhir di seberang sungai ke kota kembar Lysychansk berarti warga sipil yang masih berada di Sievierodonetsk terjebak, dan tidak mungkin untuk memberikan bantuan kemanusiaan.

Senin malam, Presiden Volodymyr Zelenskiy mengatakan pertempuran untuk Donbas timur akan dianggap sebagai salah satu yang paling brutal dalam sejarah Eropa.

"Bagi kami, harga pertempuran ini sangat tinggi. Itu menakutkan," katanya dikutip Reuters, Senin (13/6).

"Kami menarik perhatian mitra kami setiap hari pada fakta bahwa hanya sejumlah artileri modern yang cukup untuk Ukraina yang akan memastikan keuntungan kami."

Sementara itu, Rusia menyebut tujuan utama mereka adalah melindungi Donetsk dan Luhansk, ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada hari Senin. Pernyataan ini menanggapi pemimpin salah satu wilayah separatis tersebut, yang meminta pasukan tambahan dari Moskow.

Menurut laporan survei Democracy Perception Index 2022 yang dirilis Latana dan Yayasan Aliansi Demokrasi, mayoritas warga dunia memiliki persepsi negatif terhadap Rusia setelah invasinya ke Ukraina.

Persepsi negatif ini terutama berasal dari warga Amerika Serikat (AS) dengan persentase -62%. Angka minus ini menunjukkan bahwa proporsi warga dengan persepsi negatif lebih banyak 62% ketimbang persepsi positif.

Halaman:
Reporter: Aryo Widhy Wicaksono
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...