Boris Johnson Resmi Mundur dari PM Inggris, Ini Sederet Kontroversinya

Syahrizal Sidik
7 Juli 2022, 19:25
Boris Johnson Resmi Mundur dari PM Inggris, Ini Sederet Kontroversinya
ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/aww/sad.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson resmi mundur dari jabatannya sejak Kamis, 7 Juli 2022

 

Boris Johnson resmi mundur dari jabatannya sebagai perdana menteri Inggris mulai hari ini. Pengumuman tersebut resmi disampaikan Boris di Downing Street, London pada Kamis sekitar pukul 12.30 waktu setempat.

Dalam pidato pengunduran dirinya tersebut, Boris mengatakan, "Tidak ada seorang pun dalam politik yang sangat diperlukan," terang politisi yang menjabat sebagai PM Inggris kurang dari tiga tahun itu, seperti dikutip dari Sky News.

Dia juga berterima kasih kepada jutaan orang yang memilih Partai Konservatif pada pemilihan umum terakhir, dan mengatakan alasan dia berjuang begitu lama untuk tetap menjabat adalah karena, "Saya pikir itu adalah pekerjaan saya, tugas saya dan kewajiban saya kepada Anda," imbuhnya.

Boris mengatakan dia telah mencoba membujuk kabinetnya bahwa akan menjadi eksentrik untuk mengganti perdana menteri sekarang, tetapi menambahkan: "Saya menyesal tidak berhasil dalam argumen itu."

Ia menegaskan proses penunjukan pemimpin baru akan dimulai, dengan jadwal yang ditetapkan minggu depan. Lantas, bagaimana sepak terjang Boris selama menjadi perdana menteri?

Boris resmi terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) Inggris menggantikan Theresa May dan dilantik pada Rabu, 24 Juli 2019. Pemimpin Partai Konservatif ini memperoleh 92.153 suara  atau 57,8% dari 159.320 suara sah.

Ia unggul dari rivalnya, Jeremy Hunt, yang hanya memperoleh suara sebesar 46.656 suara atau 29,28%. Johnson dan Hunt merupakan dua dari sepuluh politikus yang lolos dari lima putaran penyisihan kandidat PM yang dipilih oleh 313 anggota parlemen dari Partai Konservatif.

Boris Johnson adalah lulusan sekolah elite Eton College dan Oxford University. Setelah lulus, ia memulai kariernya sebagai konsultan manajemen. Setelah itu, ia banting setir menjadi jurnalis di surat kabar The Times pada 1987. Namun, ia dipecat karena terbukti memalsukan pernyataan narasumber.

Johnson pindah menjadi koresponden di The Daily Telegraph dengan liputan khusus Komunitas Eropa. Kariernya semakin moncer saat menjabat sebagai asisten editor. Pengalaman tersebut membentuknya menjadi sosok Euroskeptis. Ia kerap melontarkan kritik keras terhadap Uni Eropa melalui tulisannya.

Ia seringkali dicerca karena menuliskan fakta-fakta yang kebenarannya dipertanyakan. Selain itu, ia acapkali menulis artikel dengan nuansa rasis, namun ia berdalih hal itu terjadi karena silsilahnya penuh warna.

Ada sejumlah kontoversi yang mewarnai karier politik Boris. Berikut ini sebagaimana yang dirangkum Katadata.co.id:

 

1.Karier Politik Diwarnai Skandal

 

Setelah mengakhiri kariernya di media, pria yang memiliki nama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson ini melanjutkan kariernya sebagai politikus. Pernyataannya seringkali menimbulkan polemik. Ia pertama kali menjadi kandidat dari Partai Konservatif untuk wilayah Clwyd Selatan pada 1997.

Namun ia kalah dari pesaingnya, Martyn Jones yang berasal dari Partai Buruh. Ia tidak menyerah. Pada 2001, Johnson berhasil menjadi anggota parlemen di wilayah Henley-on-Thames. Lagi-lagi ia mendapatkan masalah, Johnson karena memiliki rekor kehadiran yang rendah di parlemen.

Meskipun jarang hadir, ia dipercaya menjadi wakil ketua umum Partai Konservatif, menteri bayangan kebudayaan serta menteri bayangan pendidikan tinggi. Saat menjabat posisi tersebut, ia mengalami skandal perselingkuhan yang membuatnya kembali dipecat dengan alasan moralitas pribadi.

 

2.Melanggar Aturan Karantina Covid-19

 

Boris juga pernah melanggar aturan karantina di negaranya. Ia memiih tetap bekerja seperti biasa meskipun sebelumnya ia melakukan kontak erat dengan mantan Menteri Kesehatan Sajid Javid yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19.

Melansir AFP, PM Boris dalam sepekan ke depan nantinya hanya akan melakukan urusan pemerintah yang penting. Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris sebelumnya melakukan tracking dan tracing kepada Boris dan mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak karena melakukan kontak erat dengan Javid. 

"Johnson dan Menteri Keuangan Rishi Sunak keduanya ditunjuk tetapi mengambil bagian dalam skema percontohan pemerintah yang memungkinkan mereka untuk terus bekerja," kata seorang juru bicara, dikutip Minggu (18/7/2021).

BRITAIN-POLITICS/MARKET
BRITAIN-POLITICS/MARKET (ANTARA FOTO/REUTERS/Toby Melville/Pool/foc/sad.)

 

3.Mengangkat Pejabat yang Terlibat Pelanggaran Seksual

 

Selain itu, Johnson meminta maaf karena menunjuk seorang anggota parlemen untuk membantunya. Namun, politisi tersebut telah menjadi subyek pengaduan terkait pelanggaran seksual.

"Ini mendorong Rishi Sunak untuk berhenti sebagai Menteri Keuangan dan Sajid Javid mengundurkan diri sebagai Menteri Kesehatan," tulis laporan The Star.

Dalam surat yang disampaikan Menteri Javid mengutarakan kekecewannya pada kepemimpinan Johnson. "Jelas bagi saya bahwa situasi ini tidak akan berubah di bawah kepemimpinan Anda, dan karena itu Anda juga kehilangan kepercayaan diri saya," kata Javid.

Sementara itu, berdasarkan jajak pendapat YouGov, sebanyak 69% orang Inggris berpikir Johnson harus mundur sebagai perdana menteri tetapi untuk saat ini masih tersisa beberapa menteri utamanya yang menawarkan dukungan mereka.

 

4.Puluhan Pejabatnya Mundur Serempak

 

Ini adalah alasan terkuat yang menyebabkan Boris harus lengser setelah puluhan pejabat di lingkaran pemerintahannya mengundurkan diri. Mereka menilai, Boris sudah tidak lagi layak memimpin Inggris lantaran diterpa berbagai skandal.

Menurut laporan BBC, setidaknya ada lebih dari 50 pejabat yang mengundurkan diri dan membuat pemerintah hampir lumpuh. Dengan delapan menteri, termasuk dua menteri luar negeri, mengundurkan diri dalam dua jam terakhir, Johnson yang terisolasi dan tidak berdaya akan tunduk pada hal yang tak terhindarkan dan menyatakan pengunduran dirinya kemudian, kata laporan media.

"Boris Johnson akan mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif hari ini," kata editor politik BBC Chris Mason, seperti dikutip dari The Star, Kamis (7/7).

Setelah berhari-hari berjuang untuk pekerjaannya, Johnson telah ditinggalkan oleh semua kecuali segelintir sekutu. Itu jauh dari ketika Johnson, naik ke tampuk kekuasaan pada 2019 ketika ia memenangkan mayoritas besar, meraih suara di beberapa bagian Inggris yang belum pernah mendukung Partai Konservatifnya sebelumnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...