Mengikuti Indonesia, Zimbabwe Perluas Larangan Ekspor Mineral Mentah
Zimbabwe dilaporkan memperluas larangan ekspor mineral mentah, dengan menambahkan bijih nikel dan mangan dalam daftar komoditas yang tidak bisa diekspor mentah tanpa persetujuan kementerian terkait.
Sebelumnya, pada Desember 2022 pemerintah Zimbabwe melarang ekspor bijih lithium mentah untuk meminimalkan potensi ekonomi dari pertambangan artisanal dan mendorong investasi di fasilitas produksi yang disetujui negara.
"Tidak boleh ada bijih yang mengandung lithium, atau lithium yang tidak dimanfaatkan, yang boleh diekspor dari Zimbabwe ke negara lain kecuali dengan izin tertulis dari menteri," kata Menteri Pertambangan Zimbabwe Winston Chitando.
Mengutip The Zimbabwe Mail, Jumat (20/1), larangan tersebut diperluas menjadi Perintah Kontrol Ekspor Mineral Dasar, dengan menambahkan mineral penting seperti bijih nikel dan mangan ke dalam daftar zat yang ekspornya dibatasi.
Zimbabwe adalah negara terbaru yang mengikuti tren nasionalisme sumber daya, di mana negara-negara melindungi sumber daya mineral mereka dari eksploitasi asing, karena pemerintah berupaya memanfaatkan kekayaan mineral di dalam negeri.
Banyak negara berebut untuk mendapatkan mineral utama, terutama lithium, nikel, tembaga, kobalt, grafit, dan mangan, karena permintaan akan mineral tersebut akan meningkat.
Larangan ekspor ini tidak berlaku bagi perusahaan yang sudah memiliki atau sedang membangun pabrik pengolahan. Dengan "memaksa" perusahaan untuk mengolah mineral secara lokal, pemerintah Zimbabwe berharap dapat menumbuhkan industri sumber dayanya dan pada akhirnya melihat perkembangan baterai litium di dalam negeri.
Kementerian Pertambangan Zimbabwe berharap, dengan mempertahankan bagian dari rantai pasokan di dalam negeri, maka negara tersebut akan melihat lebih banyak pendapatan dari ekstraksi mineralnya.
Menurut International Energy Agency (IEA), permintaan lithium dapat tumbuh lebih dari 40 kali lipat pada 2040. Sementara, permintaan grafit, kobalt, dan nikel dapat tumbuh hingga 20-25 kali lipat. Karena tingginya permintaan dan tekanan pada rantai pasokan, harga telah melonjak sejak 2021.
Zimbabwe menempati urutan keenam negara produsen mineral terbesar di dunia. Cadangan lithium misalnya, mencapai 220.000 ton cadangan yang terindentifikasi sejauh ini. Besaran tersebut, membuat Zimbabwe menjadi negara dengan cadangan lithium terbesar di Afrika.
Menurut data dari World Integrated Trade Solutions, Zimbabwe juga merupakan salah satu pengekspor bijih nikel terbesar, dengan Afrika Selatan dan Mozambik sebagai importir utama.
Langkah yang diambil Zimbabwe ini mengikuti kebijakan yang sebelumnya telah diterapkan Indonesia, yang pada 2019 mengumumkan larangan ekspor nikel mentah pada 2022. Namun, larangan ini menemui tantangan, seputar legalitas larangan besar-besaran di mata dunia internasional.
Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) mengatakan pada November 2022, bahwa larangan ekspor yang dijalankan Indonesia tidak sesuai dengan aturan perdagangan internasional setelah adanya keluhan dari UE dan AS.
Uni Eropa berpendapat bahwa langkah-langkah tersebut tidak sesuai dengan Pasal XI:1 Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) 1994.