Jadi Kuliner Paling Dirindukan, Ini Filosofi Ketupat
(Baca juga : Oleh-Oleh Khas Daerah, Obat Kangen Kampung Halaman)
Laku papat berarti empat tindakan dalam perayaan lebaran, meliputi lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran bermakna selesai, yakni penanda berakhirnya waktu puasa. Lebaran juga berasal dari kata lebar yang berarti pintu ampunan yang terbuka lebar.
Sedangkan luberan bermakna meluber atau melimpah, sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum yang membutuhkan. Tak hanya itu, zakat fitrah saat lebaran juga menjadi tradisi umat Islam dalam menunjukkan kepedulian kepada sesama.
Leburan bermakna melebur, dimana dosa dan kesalahan akan melebur ketika momen lebaran sehingga umat muslim harus mampu saling memaafkan di hari raya. Sementara Laburan berasal dari kata labur atau kapur yang kerap digunakan sebagai penjernih air atau pemutih dinding. Labur sendiri merupakan filosofi agar umat muslim selalu menjaga kesucian lahir dan batin.
Pada sisi lain, masyarakat selain suku Jawa tetap memiliki sajian kuliner ketupat khas daerah masing-masing. Di Banjar, Kalimanatan Selatan terdapat kuliner berbahan dasar ketupat yang disebut Katupat Betumis. Ketupat khas Banjar tersebut dihidangkan dengan daging bebek dan kuah santan. Selain di Banjar, masyarakat Minang di Sumatera Barat juga memiliki sajian ketupat khas yang bernama Katupek Sayua. Ketupat tersebut disiram sayur Nangka muda, daun pakis, dan bumbu santan yang kental.
Tak hanya di Indonesia, ketupat juga menjadi budaya di sejumlah kawasan Asia Tenggara meliputi Malaysia, Brunei, dan Singapura. Bahkan, di Filipina juga terdapat bugnoy yang serupa dengan ketupat namun memiliki pola anyaman yang berbeda.