Survei KIC: Imbauan Pemerintah Tak Surutkan Hasrat Mudik Jutaan Orang

Image title
16 April 2020, 20:30
Ilustrasi, suasana arus mudik di stasiun kereta api. Survei KIC menyebutkan meski sebagian besar responden menyatakan tidak mudik, namun masih ada 12% menyatakan tetap ingin mudik.
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, suasana arus mudik di stasiun kereta api. Survei KIC menyebutkan meski sebagian besar responden menyatakan tidak mudik, namun masih ada 12% menyatakan tetap ingin mudik.

“Pemerintah pusat dan daerah perlu memberi perhatian pada daerah-daerah tujuan mudik ini,” kata Mulya, dalam siaran pers, Kamis (16/4).

Perhatian perlu diberikan pada daerah tujuan, karena menurut indeks kerentanan provinsi terhadap Covid-19 yang diluncurkan Katadata, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur termasuk provinsi yang rentan Covid-19, namun memiliki kapasitas layanan kesehatan terbatas.

Dari responden yang menyatakan tidak mudik, 54,6% menyatakan keputusan itu diambil karena mengikuti himbauan pemerintah untuk tidak mudik demi mencegah penyebaran Covid-19. Sementara, 30,2% menyatakan tidak mudik karena takut jika kepulangan mereka akan ikut membawa virus.

“Ini menunjukkan bahwa seruan pemerintah cukup efektif didengar masyarakat, sehingga pesan ini perlu terus disampaikan dengan cara-cara yang tepat,” ujarnya.

Dari analisis lanjutan terhadap hasil survei, diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keinginan mudik adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendapatan, dan persepsi relijiusitas.

Mereka yang berjenis kelamin laki-laki, berusia muda, berpenghasilan menengah-rendah dan mempersepsikan diri sebagai relijius, cenderung memilih untuk tetap mudik, sudah mudik duluan atau belum memutuskan.

(Baca: Survei Kemendes: Sebanyak 89% Kepala Desa Tak Setuju Warganya Mudik)

Menurut Mulya, kelompok muda dan berpenghasilan rendah juga rentan mengalami penurunan pendapatan dan bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di masa krisis ini, apalagi kalau bekerja di sektor-sektor yang memerlukan interaksi tatap muka dengan pelanggan.

Nah, kelompok masyarakat yang tetap mudik atau belum memutuskan mudik, karena alasan kelangsungan pendapatan ini, juga harus diperhatikan oleh pemerintah. Sebab, imbauan pemerintah untuk tidak mudik menurut Mulya, tidak berarti apa-apa bagi masyarakat yang kehilangan pendapatan karena pandemi Covid-19.

“Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk segera merealisasikan berbagai program jaring pengaman sosial, seperti Bansos, Kartu Prakerja, dan lain-lain, untuk mengurangi kemungkinan orang mudik karena kehilangan penghasilan di kota besar,” kata Mulya.

Survei mengenai mudik ini dilakukan secara online oleh KIC dan berhasil menjaring 2.347 responden pengguna internet di Indonesia, dari kelompok usia 17-29 tahun (37,8%), 30-40 tahun (30,3%), 41-50 tahun (24,0%), 51-60 tahun (6,7%) dan diatas 60 tahun (1,2%).

Perbandingan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dalam survei ini adalah 53:47. Sementara, dari segi status sosial ekonomi (SES), responden terbanyak memiliki status C, D, E sebanyak 42,6%, disusul SES A sebesar 33,0%, dan B 24,4%.

(Baca: Cegah Mudik, Pemerintah Geser Cuti Bersama Lebaran ke Akhir Tahun)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...