Kisah Pekerja Informal saat Pandemi Corona: Kalau Tak Kerja Bisa Mati

Rizky Alika
10 April 2020, 11:26
Sejumlah tukang becak menunggu penumpang di salah satu ruas jalan di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (5/4/2020). Pemerintah akan memberikan bantuan sosial kepada 29,3 juta penerima bantuan langsung tunai (BLT) yang tergolong dalam 40 persen warga miskin, te
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/foc.
Sejumlah tukang becak menunggu penumpang di salah satu ruas jalan di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (5/4/2020). Pemerintah akan memberikan bantuan sosial kepada 29,3 juta penerima bantuan langsung tunai (BLT) yang tergolong dalam 40 persen warga miskin, termasuk para pekerja informal yang terdampak COVID-19. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/foc.

"Sekarang hanya Rp 20 ribu-40 ribu per hari," ujar dia kepada kami, Kamis (9/4).

Suwarto mengaku bonus dari perusahaan ojek daring tempatnya bekerja turut turun. Kini ia hanya mendapat bonus sebesar Rp 30 ribu.

Padahal biasanya mendapatkan bonus sebesar Rp 140 ribu.  Itu pun bonus tak selalu diberikan, bergantung pada jumlah pesanan yang diperoleh supir dalam sehari. 

Di tengah Corona, Suwarto mengaku hanya mendapat 2-3 pesanan per hari. Jauh dari hari biasa yang mencapai 15-18 pesanan dalam sehari.

Dengan penghasilan minim, Suwarto mencari pinjaman dana dari tetangga dan saudara untuk menghidupi keluarga. "Kalau situasi sudah normal, uangnya kami kembalikan," ujar dia.

(Baca: PSBB Jakarta Diberlakukan, Ojek Online Resmi Dilarang Bawa Penumpang)

Organda Desak Pemerintah Segera Realisasikan BLT

Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Angkutan Darat (Organda) Ateng Aryono mengatakan, penyebaran Corona telah berimbas pada anjloknya okupansi angkutan kota dan metromini yang tersisa 10% dari kondisi normal.

Meskipun kondisi tersebut sangat berat, tapi semua pengemudi dan awak kendaraan tak memiliki banyak pilihan. Menurutnya, para supir akan menaati aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan pemerintah.

"Sekarang penumpang ada 10% saja sudah bersyukur benar. Ada yang penurunannya bisa 100%. Rata-rata berkurang 90% dari yang wajar bahkan ada beberapa trayek yang sudah tidak ada permintaan sama sekali," kata Ateng kepada Katada.co.id, Kamis (9/4).

Ateng mengatakan, para supir telah kesulitan membayar setoran lantaran supir tak mendapatkan pemasukan dari penumpang.

Untuk menjamin kelangsungan hidup para supir dan awak kendaraan, Organda telah mendesak pemerintah untuk merealisasikan bantuan langsung tunai (BLT). Terlebih, bulan Ramadan dan Idul Fitri akan segera tiba.

"Semoga BLT diberikan tidak dalam waktu lama," kata Ateng.

(Baca: Mobil Pribadi Dibatasi Kapasitas 50% Penumpang Selama PSBB Jakarta)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Tri Kurnia Yunianto
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...