Kasus Corona Dunia Tembus 1,5 Juta, WHO Peringatkan Potensi Ledakan

Ameidyo Daud Nasution
9 April 2020, 14:44
Pengendara melintas di depan mural tentang pandemi virus corona atau COVID-19 di kawasan Jati Raya, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). Mural tersebut bertujuan untuk media edukasi kepada warga agar waspada potensi penyebaran virus corona atau COVID-
ANTARA FOTO/Umarul Faruq/foc.
Mural tentang pandemi virus corona atau COVID-19 di kawasan Jati Raya, Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/4/2020). Hingga Kamis (9/4), kasus corona dunia telah menembus 1,5 juta kasus.

“Ini yang tidak terjadi di Italia dan Iran,” ujar Siegel merujuk pada ledakan kasus di dua negara tersebut pada awal Maret.

Potensi Ledakan Kasus di Indonesia

Hingga saat ini, kasus positif corona di Indonesia masih sebanyak 2.956. Namun ledakan yang sama diprediksi juga akan terjadi di Indonesia, terutama jika tak ada langkah preventif pemerintah.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia memprediksi hampir 2,5 juta orang di Indonesia terjangkit virus corona pada hari  ke-77 penyebaran jika pemerintah tak melakukan intervensi secara serius.

Tim FKM UI menggunakan asumsi bahwa setiap satu kasus positif corona dapat menginfeksi setidaknya dua orang lainnya dengan penggandaan kasus selang empat hari.  Sedangkan Badan Intelijen Negara (BIN) meramal kasus positif corona mencapai puncak pada akhir Juli dengan jumlah kasus positif 106.287 orang.

 Inisiator KawalCOVID19.id Ainun Najib mengatakan fenomena meledaknya kasus ini dinamakan doubling period. Virus memerlukan waktu lama untuk menginfeksi 1 juta penduduk, jumlahnya diprediksi berlipat ganda dalam 9 hari saja usai menulari sejuta orang.

“Enggak percaya ? Kemarin tanggal 7 April sudah bertambah 430 ribu,” cuit akun Twitter @Ainunnajib hari Rabu (8/4) kemarin.

(Baca: Aturan Rinci PSBB Jakarta yang Berlaku Mulai 10 April 2020)

Penularan dan ledakan kasus ini jadi alasan pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam menghadapi virus corona. Mereka beralasan jaga jarak fisik (physical distancing) yang selama ini dilakukan tidak efektif di tengah masyarakat.

“Kami masih mendapatkan ketidakefektifan pelaksanaan (pembatasan fisik) ini akibat disiplin yang masih belum kita bangun bersama-sama di tengah masyarakat,” kata juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Covid-19 Achmad Yurianto di Gedung BNPB, Jakarta, Rabu (8/8).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...