Krisis Ventilator di Tengah Pandemi Corona, Seberapa Penting Alat Ini?

Martha Ruth Thertina
2 April 2020, 21:14
fungsi ventilator, ventilator corona, ventilator, corona, virus corona, jumlah pasien corona
ANTARA FOTO/REUTERS/Flavio Lo Scalzo/ama/cf
Seorang staf medis dengan pakaian pelindung terlihat di depan seorang pasien dengan penyakit virus korona (COVID-19) di dalam sebuah unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit San Raffaele, Milan, Italia, Jumat (27/3/2020).

Berdasarkan artikel cleavelandclinic.org, pasien terkoneksi dengan ventilator (ventilator mekanik) melalui pipa yang masuk ke dalam mulut hingga ke saluran utama pernapasan atau trachea. Mesin ini memastikan tubuh menerima oksigen yang cukup dan karbon dioksida mengalir keluar.

Pasien terus menggunakan ventilator hingga kondisinya membaik sehingga bisa bernapas secara normal. Risiko utama dari ventilator adalah infeksi karena risiko masuknya bakteri ke paru-paru. Risiko ini meningkat seiring lamanya penggunaan ventilator.

(Baca: Fungsi Strategis Alat Pelindung Petugas Medis di Tengah Pandemi Corona)

Risiko lainnya, kerusakan paru-paru. Kadang, pasien juga membutuhkan waktu untuk melepaskan diri dari ketergantungan terhadap ventilator. Dalam menangani kondisi ini, pipa dikeluarkan dari mulut lalu diganti dengan saluran yang lebih kecil di leher atau tracheostomy.  

Lantas, seberapa dibutuhkan ventilator dalam penanganan pasien corona? Berdasarkan data WHO, 80% orang yang mengalami infeksi karena virus corona atau Covid-19 sembuh tanpa membutuhkan penanganan khusus. Namun, 1 dari 6 orang mengalami sakit serius dan kesulitan bernapas.

Dikutip dari BBC, yang terjadi dalam beberapa kasus sulit bernapas tersebut yaitu virus menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Sistem imun tubuh mendeteksi hal ini, lalu pembuluh darah melebar agar sel imun masuk. Namun, hal ini bisa menyebabkan cairan masuk paru-paru sehingga pasien sulit bernapas dan level oksigen tubuh merosot.

Saat ini terjadi, ventilator digunakan. Sedangkan pasien diberikan obat untuk membuat otot pernapasan santai sehingga pernapasan bisa diatur oleh mesin. Mekanisme ini bertujuan memberikan waktu bagi pasien untuk melawan virus dan pulih.

Adapun pasien dengan gejala yang lebih ringan bisa diberikan bantuan pernapasan dengan alat bantu pernapasan atau ventilator non-invasif (bukan ventilator mekanik) seperti masker wajah, masker nasal, atau alat lainnya yang bisa mendorong udara mengalir ke paru-paru, tanpa pipa ke saluran pernapasan.

ventilator
ventilator (Twitter/@francoisedegois)

Dokter Shondipon Laha dari Intensive Care Society mengatakan meski ada risiko dalam penggunaan ventilator mekanik, namun kadang ventilator adalah cara satu-satunya agar pasien mendapatkan oksigen. Pemasangan ventilator sendiri bukan hal mudah.

“Ventilator adalah alat yang kompleks – benda ini bisa membuat pasien trauma bila tidak dipasang dengan benar,” kata dia seperti dikutip BBC. Maka itu, kecukupan staf yang mampu memasang ventilator pun bisa menjadi isu.

Sejalan dengan temuan WHO, ia menjelaskan, sebagian besar pasien Covid-19 tidak membutuhkan ventilator dan bisa dirawat di rumah atau dengan terapi oksigen (supplementary oxygen).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...