KADIN Dorong Perluasan Mandatori CPO untuk Cegah Kenaikan Harga

Rizky Alika
12 Maret 2020, 14:15
CPO, harga minyak turun
ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Buruh memanen kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019).

Pemerintah diminta untuk menyiapkan kebijakan mengantisipasi penurunan harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) seiring dengan jatuhnya harga minyak dunia. Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kadin Handito Joewono mengatakan, turunnya harga minyak dunia akan berdampak pada penurunan harga sejumlah komoditas seperti CPO dan batu bara.

"Perlu ada langkah antisipasi penurunan harga CPO, selama ini CPO merupakan ekspor utama kita," kata Handito di Jakarta, Rabu (11/3).

Handito menilai, pemerintah perlu mendorong penggunaan CPO di dalam negeri dengan memperluas program mandatori biodiesel 30% (B30).

(Baca: Target Ekspor Tetap 5,2% Pasca-Corona, Kemendag Diminta Kerja Keras )

Pada Rabu (11/3), harga CPO kontrak pengiriman Mei 2020 di bursa Malaysia Derivatif sbebesar RM 2.359 per metrik ton, turun 5,45% dari pekan sebelumnya.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (11/3), harga minyak jenis West Texas Intermediate atau WTI bertengger di level US$ 31,37 per barel, turun 31,6% dari pekan lalu di kisaran US$ 46,78 per barel. Sedangkan harga minyak jenis Brent berada di level US$ 34 per barel, turun 33,5% dari pekan lalu sebesar US$ 51,13 per barel.

Adapun, pemerintah menetapkan harga minyak Indonesia atau ICP dalam APBN sebesar US$ 63 per barel. Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia  pada Februari 2020 lalu pun hanya mencapai US$ 56,61 per barel, turun sebesar US$ 8,77 per barel  dari US$ 65,38 per barel pada bulan sebelumnya.

(Baca: Gapki: Ekspor Minyak Sawit ke Tiongkok Bisa Turun Karena Virus Corona)

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut anjloknya harga minyak dunia berpotensi menyebabkan resesi ekonomi. Sebab, turunnya harga minyak membuat harga komoditas seperti sawit dan batu bara ikut turun. Hal itu lantaran harga minyak sering menjadi acuan harga komoditas ekspor unggulan.

"Ini sangat berbahaya pengaruhnya buat kinerja ekspor pada 2020. Sebelumnya virus corona sudah menurunkan kinerja neraca dagang, ditambah perang harga minyak bisa memicu resesi ekonomi," kata Bhima ke Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.

Anjloknya harga minyak disebabkan Arab Saudi menambah produksi minyak merespons keputusan Rusia yang menolak rencana Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC menambah pemangkasan produksi. Padahal rencana tersebut diharapkan bisa mengangkat harga minyak yang terus tertekan akibat merebaknya virus corona.

(Baca: RI Berpotensi Salip Malaysia, Isi Pasar Minyak Sawit India )

Reporter: Rizky Alika
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...