Ditolak Pulang, Sejarah Kebangkitan hingga Kehancuran ISIS

Pingit Aria
6 Februari 2020, 18:36
Warga berkumpul di lokasi ledakan bom di kota Suluk, Suriah, Minggu (10/11/2019).
ANTARA FOTO/REUTERS/Aboud Hamam
Warga berkumpul di lokasi ledakan bom di kota Suluk, Suriah, Minggu (10/11/2019).

Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR), nama resmi koalisi yang memerangi ISIS, memprediksi ada 7,7 juta orang yang hidup dalam kekuasaan kelompok tersebut. Mereka menguasai wilayah seluas sekitar 90.800 kilometer persegi, atau hampir seluas Portugal.

Kebanyakan dari orang itu membayar pajak, biaya hidup, maupun denda yang membuat kantong pemasukan kelompok ekstremis. Pusat Studi Internasional Radikalisasi dan Kekerasan Politik (ICSR) King's College London menyatakan, pada 2014 pemasukan ISIS sebesar US$ 1,9 miliar atau setara Rp 26,8 triliun.

Selain itu berdsarkan data ICSR, terdapat 41.490 warga asing bergabung dengan ISIS karena iming-iming sistem pemerintahan khilafah. Di masa kejayaan ISIS, koalisi mengestimasi 50 anggota asing datang setiap bulannya dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

4. Operasi Penumpasan

AS membentuk koalisi yang beranggotakan 70 negara untuk menumpas ISIS. Operasi itu dimulai pada akhir 2014, saat AS dipimpin oleh Presiden Barack Obama.

Diberitakan AFP, selama sekitar 4,5 tahun operasi, koalisi internasional itu telah melancarkan setidaknya 34 ribu serangan udara di Irak dan Suriah. Setelah sekitar 4.400 prajurit terbunuh, koalisi mengubah strategi dengan mulai melatih dan mengorganisasi kekuatan lokal.

Strategi itu berbuah manis terutama di Irak ketika pasukan lokal mulai memperoleh kemenangan kota demi kota. Puncaknya adalah ketika mereka merebut Mosul pada 2017.

(Baca: Jokowi Tolak Rencana Pemulangan Ratusan WNI Bekas ISIS ke Indonesia)

5. Kejatuhan ISIS

Pengganti Obama, Donald Trump meneruskan kebijakan untuk menumpas ISIS. Sepanjang 2018 dan awal 2019, ISIS terus menerus mengalami kekalahan. Wilayah mereka yang tersisa tinggal 50 kilometer persegi, pendapatan mereka pun merosot dratis hingga sekitar US$ 870 juta atau sekitar Rp 12,2 triliun, pada 2016.

Pada awal 2018, pasukan ISIS hanya tersisa ratusan orang yang menguasai Desa Baghouz. Dalam satu serangan, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pun menguasai desa terakhir ISIS yang berada di tepi Sungai Eufrat itu.

Juru bicara SDF Mustafa Bali mengumumkan tamatnya ISIS pada Sabtu (23/3/2019) lalu. Sejak itu, bekas simpatisan ISIS dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia hidup terkatung-katung di kamp pengungsian.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...