Menag Sebut Belajar Agama Lewat Medsos Rawan Jadi Intoleran
Sehingga, banyak masyarakat kini cenderung mencari sumber informasi agama melalui internet. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak mandiri dan fokus pada otoritas agama tertentu.
Kondisi tersebut juga mencerminkan masyarakat yang mengganggap otoritas agama seperti guru, kyai, dan ustaz sebagai alternatif. Fachrul menilai, hal ini berbeda dengan generasi sebelumnya yang taat kepada fatwa otoritasnya.
"Akibatnya pemikiran keagamaan sebagian besar kita cenderung intoleran dan mudah terpapar ideologi radikal ekstrem," katanya.
(Baca: Bantah Larang ASN Gunakan Cadar, Menag Sebut Hanya Merekomendasikan)
Sebaliknya, lanjut dia, masyarakat juga rawan menjadi super intoleran hingga mengganggu sendi-sendi beragama akibat banyaknya pemikiran dari media sosial.
Banyak konten keagaamaan yang beraliran radikal dan ekstrem bisa dengan mudah dikonsumsi masyarakat tanpa berkonsultasi atau meminta pendapat dari otoritas atau sumber resmi agama terlebih dahulu.