Ruhana Kuddus, Jurnalis Perempuan Pertama Bergelar Pahlawan Nasional
Profil Penerima Gelar Pahlawan Nasional di 2019
Selain Ruhana, berikut lima tokoh lain yang mendapat gelar pahlawan di 2019:
1. Kahar Mudzakkir
Ia merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pria kelahiran Kotagede, Yogyakarta pada 1908 dan wafat pada 2 Desember 1973 itu juga menjadi perintis Universitas Islam Indonesia (UII).
2. Masjkur
Ia juga merupakan anggota BPUPKI. Pria kelahiran Desa Pagetan, Singosari, Malang, Jawa Timur pada 30 Desember 1902 ini dikenal pula sebagai tokoh dan ulama dari Nahdlatul Ulama (NU). Masjkur diketahui pernah menjabat sebagai Menteri Agama di tiga periode berbeda, yakni pada 1947-1949, 1949, dan 1953-1955.
3. AA Maramis
Tokoh dari Sulawesi Utara ini juga pernah menjadi anggota BPUPKI dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Ia lahir pada 20 Juni 1897.
Maramis menjabat sebagai Menteri Keuangan di empat periode berbeda, yakni pada 1945, 1947-1948, 1948, dan 1949. Dia juga pernah menjadi Menteri Luar Negeri pada 1948-1949.
Setelahnya, AA Maramis menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Jerman Barat, Uni Soviet, dan Finlandia.
(Baca: Jokowi Akan Beri 6 Tokoh Gelar Pahlawan, Ada Jurnalis Perempuan)
4. M Sardjito
Sardjito merupakan rektor pertama UGM pada 1950-1961, lalu menjabat sebagai rektor di UII pada 1961-1970. Selama ini, nama Sardjito juga telah diabadikan sebagai nama rumah sakit umum pusat di Yogyakarta.
Ia dianggap sebagai peletak dasar Pancasila sebagai dasar perguruan tinggi di Indonesia. Sardjito juga dikenal sebagai pendiri Palang Merah Indonesia (PMI) dan banyak meneliti obat-obatan bagi rakyat maupun pejuang kemerdekaan.
5. Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi
Ia merupakan tokoh pertama dari Sulawesi Tenggara yang mendapat gelar pahlawan. Sepanjang hidupnya, ia menjadi Sultan Buton selama dua kali masa jabatan, yakni sultan ke-20 (1752-1755) dan sultan ke-23 (1760-1763).
Pemerintah memberinya gelar pahlawan karena kegigihannya melawan penjajah Belanda di Tanah Air. Bahkan, dia sampai harus sempat turun tahta akibat perlawanannya dulu.
Penulis: Amelia Yesidora (Magang)