Pertamina Peroleh Dana Rp 26,3 T untuk Proyek Jambaran Tiung Biru
Pertamina EP Cepu (PEPC) mendapatkan pendanaan senilai US$ 1,85 miliar atau sekitar Rp 26,3 triliun dari konsorsium 12 bank untuk membiayai Proyek Jambaran-Tiung Biru (JTB). Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengungkapkan, kesepakatan pendanaan ini merupakan salah satu yang terbesar di lingkungan anak Perusahaan Hulu Pertamina.
Sindikasi yang melibatkan 12 bank ini memiliki struktur pembiayaan hybrid yang unik, yaitu menggabungkan pembiayaan konvensional dan pembiayaan syariah di bawah skema trustee borrowing (pinjaman wali amanat). Tiap bagian (tranche), konvensional dan syariah, memberikan fasilitas pembiayaan proyek dengan dua tenor, yaitu 10 dan 15 tahun.
“Kepercayaan sindikasi 12 bank terhadap Pertamina EP Cepu dalam pengelolaan Proyek JTB menunjukkan kredibilitas perusahaan di mata lembaga keuangan internasional. Hal itu dapat menjadi contoh bagi skema pembiayaan proyek lain yang dikelola anak usaha Pertamina,” ujar Fajriyah dalam keterangan tertulis, Jumat (2/8).
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina EP Cepu Jamsaton Nababan menyatakan kemajuan pembangunan proyek Pengembangan Lapangan Gas Unitisasi JTB dari aspek konstruksi maupun pengeboran cukup bagus. “Kemajuan konstruksi Gas Processing Facilities telah melampaui target di angka 25% atau lebih cepat 1% dari target 24%,” ujar Jamsaton.
(Baca: Pertamina Mulai Bangun Fasilitas Gas di Jambaran Tiung Biru)
Rencananya, Pertamina EP Cepu akan melakukan pengeboran lima sumur tahun ini. Jumlah sumur tersebut bertambah dari rencana awal sebanyak tiga sumur. Pengeboran sumur akan dilakukan menggunakan metode batch driling dan ditargetkan seelsai pada kuartal 1 2021.
Proyek JTB dikelola oleh Pertamina EP Cepu dengan hak partisipasi sebesar 92% dan sisanya sebesar 8% dipegang oleh Pertamina EP (PEP). Proyek ini merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang telah ditetapkan oleh Komite Percepatan Penyediaan Infrastuktur Prioritas (KPPIP). Proyek JTB diperkirakan menelan belanja modal (capex) US$ 1,547 miliar.
Proyek ini diproyeksi mulai berproduksi pada 2021 dengan rata-rata produksi gas mencapai 315 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Namun gas yang bisa dijual sebesar 192 mmscfd. Alokasi gas sebesar 100 mmscfd dijual ke PLN untuk kebutuhan listrik di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sisanya akan digunakan untuk memasok kebutuhan industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pemerintah menetapkan harga gas di kepala sumur sebesar US$6,7 per juta british thermal unit (mmbtu) dan tetap (flat) selama 30 tahun. Dengan biaya toll fee sebesar US$0,9 MMBTU, harga di pembangkit listrik PLN menjadi sebesar US$7,6 per mmbtu.
(Baca: Penjualan Gas Jambaran Tiung Biru Berpotensi Meningkat 11%)