Hak Kekayaan Intelektual Jadi Kunci Sukses Industri Kreatif

Michael Reily
23 April 2019, 22:39
Suasana dalam acara Katadata Forum dengan tema "Babak Baru Industri Kreatif di Era Digital" du D'Consulate Lounge, Menteng, Jakarta Pusat (23/4). Acara ini di hadiri oleh Ricky Joseph selaku Wakil kepala Bekraf, Rachmad Imron selaju Founder Dig
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Suasana dalam acara Katadata Forum dengan tema "Babak Baru Industri Kreatif di Era Digital" du D'Consulate Lounge, Menteng, Jakarta Pusat (23/4). Acara ini di hadiri oleh Ricky Joseph selaku Wakil kepala Bekraf, Rachmad Imron selaju Founder Digital Happiness, Andi S. Boediman selaku managing Partner Ideosource dan Nanik Soelistiowati selaku Founder Pisang Goreng Madu Bu Nanik.

Imron mengungkapkan, masyarakat global mengenal kekayaan intelektual seperti Mickey Mouse atau Star Wars dari Amerika Serikat (AS). Namun, pelaku usaha kreatif harus melakukan inovasi dalam membuat produk yang bakal berkembang lebih luas.

DreadOut memilih jalan cerita gim untuk melawan hantu-hantu lokal. "Istilahnya ekspor kuntilanak ke luar negeri, kami mencoba gali konten lokal jadi sebuah keunikan video gim," ujar Imron.

Meski begitu, permasalahan dalam pengembangan industri gim adalah akses modal. Oleh karena itu, Digital Happiness melakukan pengumpulan dana dari masyarakat lewat situs Indiegogo untuk menciptakan DreadOut. Hasilnya, modal sebesar Rp 300 juta terpenuhi dalam sebulan dan menghasilkan uang sekitar Rp 2 miliar.

(Baca: Putaran Bisnis Esports Rp 9,8 Triliun, Peran Gim Lokal Masih Minim)

Setelah itu, kolaborasi gim ke dalam film jadi pilihan Digital Happiness. Imron mengaku jumlah penonton yang tayang tahun 2018 lalu itu mencapai 800 ribu penonton. Dia menegaskan capaian hampir satu juta penonton adalah keberhasilan penjualan produk sebagai kekayaan intelektual.

Managing Partner Ideosource Andi Budiman mengungkapkan Indonesia masih memiliki kendala akses untuk pengembangan padahal kapabilitasnya sangat besar. Namun, investor masih memilih usaha kreatif yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga berkelanjutan.

Andi menjelaskan, bisnis makanan sangat mudah ditiru banyak orang, sehingga perlu pendaftaran hak cipta untuk pendaftaran merek. "Sebagai nilai, itu luar biasa, berapapun saya kasih kalau keinginan untuk berkembang pelaku usahanya besar," katanya.

Dia mencontohkan, Bakmi GM dan Sate Khas Senayan berhasil karena mampu mereplikasi model bisnisnya sampai ratusan cabang. Untuk industri berdasarkan ide seperti gim, pengembang harus memiliki jalur distribusi global yang mampu menghasilkan pendapatan.

Ideosource juga fokus melakukan investasi untuk pembuatan film lokal. Selain potensi penonton yang besar, Andi juga mencari konsistensi dan integritas industri film dalam produk-produk yang bakal berkelanjutan.

(Baca: Industri Kreatif dalam Bidikan Para Pengusung Modal)

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...