Sinar Cerah Produk Industri Kreatif di Pasar Global

Hari Widowati
8 April 2019, 07:00
Model memperagakan busana rancangan Defrico Audy bertema Savana Muria pada ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2017 di Jakarta, Minggu (5/2). Savana Muria menampilkan sejumlah kain dari Kabupaten Kudus yang dirancang oleh empat perancang busana yaitu Rudy
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Model memperagakan busana rancangan Defrico Audy bertema Savana Muria pada ajang Indonesia Fashion Week (IFW) 2017 di Jakarta, Minggu (5/2). Savana Muria menampilkan sejumlah kain dari Kabupaten Kudus yang dirancang oleh empat perancang busana yaitu Rudy Chandra, Ariy Arka, Defrico Audy, dan Ivan Gunawan.

PT Javanero Indonesia Coffee, produsen dan eksportir kopi Indonesia, adalah salah satu perusahaan yang berhasil membuka pasar di luar negeri. Setelah sukses di Singapura, Javanero membuka kedai kopi Soma Coffee di Brisbane, Australia.

T II/EdsusEkraf
Kemasan kopi Javanero yang tembus pasar global. (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Presiden Direktur Javanero Teddy K Somantri mengatakan, kedai kopi merupakan ekspansi perusahaan di bisnis hilir. “Ini agar biji kopi Javanero yang kami ekspor memiliki showcase. Jualan ekspor jadi lebih mudah,” ujarnya. 

Javanero merupakan produsen dan eksportir biji kopi berkualitas tinggi dari Jawa Barat, Bali, dan Sumatra. Seluruh kopi yang disajikan di kedai Soma Coffee berasal dari pabriknya di Jawa Barat.

Teddy menyebutkan Javanero menggandeng salah satu pemain kedai kopi jagoan di Australia sebagai mitra investor Soma Coffee. Sementara sistem dan suplai kopi dari Grup Javanero.

(Baca Edisi Khusus: Langkah Panjang Gim Lokal Menjadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri )

Soma Coffee hadir sebagai ruang pamer berbagai varian biji kopi yang diproduksi Javanero. Berkaca dari bisnis yang ada di Singapura, keberadaan gerai fisik mempermudah perusahaan meyakinkan calon pembeli karena bisa mencicipi langsung hasil seduhan kopi di kedai Soma.

Pembukaan Soma Coffee di Australia ini terpaut dua tahun setelah Javanero membuka kedainya di kawasan bisnis Sky Suites, tidak jauh dari stasiun MRT Tanjong Pagar, Singapura. Awalnya, KBRI Singapura mengajak Javanero melakukan coffee cupping di negara tersebut pada November 2015. Atase Perdagangan Sugih Rahmansyah lantas mendorong Javanero membuka gerai kopi yang menggunakan biji kopi Indonesia.

Kedai Soma Coffee pertama di Singapura dibuka pada Februari 2017. Singapura adalah batu loncatan bagi Javanero untuk membidik pasar negara-negara ASEAN lainnya. Di Indonesia, gerai Soma Coffee ada di Bandung dan dua lokasi di Jakarta Selatan, yakni di kawasan perkantoran Arkadia dan di selasar timur Stadion Akuatik, Gelora Bung Karno (GBK).

Sebelum membuka kedai kopi di luar negeri, Javanero rajin mengikuti berbagai pameran perdagangan, coffee cupping yang diselenggarakan oleh KBRI, dan kegiatan internasional lainnya. Pada 2015, Javanero membawa kopi Arabika dari Jawa Barat dalam coffee cupping yang diselenggarakan KBRI London. Kopi dengan cita rasa segar, nikmat dengan aroma manis jeruk, dan tingkat keasaman sedang itu menarik minat para importir di negara Ratu Elizabeth itu.

 Javanero juga mengekspor kopi ke Selandia Baru sejak 2015. Beberapa jenis kopi Indonesia yang digemari di sana adalah kopi Jawa dan Mandailing. (Baca: Accelerice, Pendukung Inovasi Industri Kuliner Indonesia

Tahun lalu, Javanero mengikuti kompetisi Coffee Roasted in Their Country of Origin yang diselenggarakan Agency for the Valorization of the Agricultural Products (AVPA) di Paris, Prancis. Tiga produk kopinya berhasil meraih penghargaan Simple Gourmet, yakni Javanero Pasundan Natural, Javanero Pasundan, dan Javanero Papandayan. 

Promosi Kekayaan Literasi Indonesia di London Book Fair

Promosi yang tak kalah gencar juga dilakukan untuk produk-produk industri kreatif dari subsektor penerbitan. Pada pertengahan Maret lalu, Bekraf memilih 12 penulis Indonesia dalam London Book Fair untuk memperkenalkan kekayaan literasi Indonesia.

Bekraf juga mengajak sejumlah pelaku industri kreatif lainnya di subsektor kuliner, fesyen, film, hingga gim dan animasi digital. “Kita perlu cara-cara baru untuk memperkenalkan produk kreatif Indonesia ke mancanegara,” kata Wakil Kepala Bekraf Ricky Pesik kepada Katadata.co.id. Setidaknya ada 120 acara yang diikuti para pelaku industri kreatif selama berada di London.

(Video Edisi Khusus: Musim Semi Industri Kreatif di Indonesia)

Indonesia yang terpilih sebagai market focus dalam London Book Fair tampil dengan stan seluas 600 meter persegi. Promosi dan kehadiran Indonesia sangat mencolok dengan spanduk berukuran raksasa di area pameran buku terbesar kedua di dunia ini.

London Book Fair 2019
London Book Fair 2019 (Katadata | Heri Susanto)

Upaya ini tidak sia-sia. Hak cipta untuk 23 judul buku terjual dalam pameran tersebut. Sebanyak 480 judul buku dari para penulis Indonesia juga dilirik oleh penerbit besar dari 12 negara.

Bekraf optimistis produk-produk industri kreatif Indonesia akan semakin bersinar dan memiliki daya saing di pasar global. Sederet agenda internasional telah menunggu kehadiran para pelaku industri kreatif dan menjadi karpet merah menuju pasar global.

Namun, hal ini tak boleh membuat kita terlena. Fokus pada kualitas dan kejelian untuk mengikuti tren juga akan menjadi bekal berharga bagi keberhasilan produk kreatif menembus pasar internasional.

Halaman:
Reporter: Dini Hariyanti, Heri Susanto
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...