Agar Kebal Perang Dagang, Industri Fesyen Butuh Lebih Banyak Desainer

Dini Hariyanti
2 Oktober 2018, 15:45
Jakarta Fashion Week
Jakarta Fashion Week
Pagelaran busana yang digelar pada Jakarta Fashion Week (JFW) 2018 di Senayan City, Oktober 2017 lalu.

Salah satu pasar potensial produk fesyen Indonesia adalah Amerika Serikat (AS). Pada 2016, penjualan ke Negeri Paman Sam menyentuh US$ 4,73 miliar setara kontribusi 43,4% terhadap keseluruhan ekspor subsektor ini.

Guna meningkatkan nilai tambah industri fesyen Indonesia di pasar AS, Bekraf mengirim delegasi ke Agenda Show di Los Angeles. Ajang fashion trade show ini terbilang potensial untuk memperlebar peluang pasar bagi merek-merek mode dari Indonesia.

"Hasilnya, beberapa brand berhasil mendapatkan kesepakatan bisnis dengan outlet besar di pasar AS, seperti Urban Outfitter. Potensi seperti inilah yang ke depan akan digarap secara serius," tutur Ricky.

(Baca juga: Dua Merek Fesyen Lokal Bawa Gaya Jalanan ke Pasar Amerika Serikat)

Pasar potensial bagi produk fesyen Indonesia lainnya adalah Jepang. Nilai ekspor ke Negeri Sakura selama 2010 - 2016 menunjukkan rerata pertumbuhan 24,79%. Realisasi penjualannya pada 2016 sebesar US$ 943,6 juta.

Ricky menyatakan bahwa semakin banyak merek-merek streetwear nasional yang beredar di pasar Jepang. Tapi untuk negara ini, Bekraf melihat potensi bisnis yang lebih luas, tidak hanya soal busana.

"Khusus pasar Jepang, upaya lintas sektor malah akan dilakukan Bekraf ke depan. Tidak hanya industri fesyen tetapi bisa sinergis dengan game, musik, dan kriya," kata Ricky.

Secara keseluruhan, sepanjang tahun ini Bekraf meyakini kinerja ekspor industri kreatif dapat menembus US$ 25 miliar setara dengan pertumbuhan sekitar 5% per tahun. Sumbangsih subsektor fesyen tetap dominan.

Halaman:
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...