Jalan Terjal Gatot Nurmantyo Maju Pilpres 2019

Dimas Jarot Bayu
2 April 2018, 20:49
Mantan Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
ANTARA FOTO/Saiful Bahri
Mantan Panglima Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (ke tiga kiri) berjalan bersama sejumlah tokoh masyarakat saat melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Alhamidy Banyuanyar, Pamekasan, Jawa Timur, Rabu (14/3).

(Baca juga: Jokowi, Prabowo dan Gatot Nurmantyo Diusung Jadi Bakal Capres PAN)


Peluang jadi Capres lewat Gerindra

Menurut Yunarto, peluang terbesar Gatot maju sebagai capres apabila berhasil melobi Prabowo untuk tak ikut dalam Pilpres 2019. Dengan begitu, Gerindra dan PKS akan bisa memberikan dukungannya kepada Gatot.

"Kalau Prabowo menjadi king maker saja dan menyerahkan kendaraan Gerindra plus PKS untuk kemudian memajukan Gatot, peluangnya akan lebih realistis untuk bisa menyaingi Jokowi," ujar Yunarto.

Hanya saja, lobi agar Prabowo tak maju dalam Pilpres 2019 perlu upaya ekstra, karena Gerindra tentu tak ingin kehilangan elektabilitasnya dalam pemilihan legislatif 2019.

Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi mengatakan, Gerindra membutuhkan figur Prabowo untuk mendongkrak elektabilitas partai berlambang kepala garuda itu. Selama ini, orang memilih Gerindra karena adanya politik figur dari mantan Komandan Jenderal Kopassus tersebut.

"Kalau tidak memajukan Prabowo akan menjadi petaka politik bagi Gerindra karena hampir dipastikan Gerindra tidak akan mendapatkan suara signifikan dibandingkan Pemilu 2014 kemarin," kata Muradi.

(Baca juga: Simulasi Survei, Jokowi-AHY Berpeluang Kalahkan Prabowo-Anies di 2019)

Opsi Gatot menjadi cawapres juga dinilai bakal melalui jalan terjal. Muradi skeptis bila Gatot menjadi cawapres Jokowi, karena selama ini hubungan keduanya cukup renggang.

"Karakter Pak Gatot yang tidak terlalu nyaman jadi nomor dua. Inginnya pegang tongkat komando, itu yang jadi masalah juga," kata Muradi.

Sementara itu, bila Gatot menjadi cawapres pendamping Prabowo, dinilai akan membawa persoalan pangkat kemiliteran. Gatot merupakan Jenderal bintang empat, sementara Prabowo ketika pensiun merupakan Jenderal bintang tiga.

"Dia akan dicaci-maki internalnya kalau mau jadi cawapres dari bintang tiga," kata Muradi.

Selain itu, pemasangan Gatot bersama Prabowo dianggap tak akan mampu memenangkan pemilu melawan Jokowi. Sebab, keduanya memiliki basis elektoral yang hampir mirip.

"Di antara dua sosok itu akan saling memakan suara, akan saling merugikan, dan akan menguntungkan Jokowi mengingat latar belakang mereka yang sama, pangsa pasar yang sama," kata Yunarto.

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...