SKK Migas Sebut Jokowi Akan Rayakan Puncak Produksi Blok Cepu

Arnold Sirait
21 Maret 2016, 15:23
Blok Cepu
Katadata

Blok Cepu dioperatori oleh ExxonMobil Cepu Limited dengan hak pengelolaan sebesar 45 persen. Selain ExxonMobil, Pertamina juga memiliki 45 persen hak pengelolaan. Sisanya dimiliki empat Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yakni PT Blora Patragas Hulu, PT Petrogas Jatim Utama Cendana, PT  Asri Darma Sejahtera, PT Sarana Patra Hulu Cepu, masing-masing sebesar 10 persen. (Baca: Tahun Ini 13 Proyek Migas Mulai Beroperasi)

Dengan optimalnya produksi Blok Cepu, saat ini target lifting minyak tahun ini bahkan sudah terlampaui. Elan mengatakan, rata-rata lifting sekarang mencapai 833 ribu bph. Selain Blok Cepu, memang ada beberapa wilayah kerja minyak yang kinerjanya membaik. Salah satunya adalah Blok Rokan yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia. Rokan memang penyumbang terbesar target lifting minyak bumi tahun ini. Dalam APBN 2015, target lifting di lapangan Rokan mencapai 247.950 bph.

Selain beberapa blok minyak yang mencapai target, Elan mengatakan ada blok yang kinerjanya kurang memuaskan, seperti Pertamina EP. Lifting dari aset migas milik Pertamina EP dari Aceh sampai Papua hanya bisa mencapai angka sekitar 90 ribu bph. Padahal, target APBN 2016 mencantumkan lifting Pertamina EP sebesar 104.420 bph. “Pertamina EP agak terseok-seok,” ujar dia.

Salah satu penyebab kinerja Pertamina EP masih di bawah target karena mengelola aset yang dimiliki memang tidak mudah. Selain banyak, aset anak usaha Pertamina ini juga tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Pertamina EP juga mengurangi jumlah sumur yang dibor. Alasannya adalah harga minyak dunia yang sedang anjlok, sehingga membuat kegiatan pengeboran dianggap menjadi tidak ekonomis. (Baca: Jelang Kontrak Habis, Blok Mahakam Tersisa Satu Rig)

Dengan pencapaian lifting seperti itu, Elan berharap impor minyak juga sedikit menurun. Saat ini impor minyak Indonesia masih sekitar 700.000 barel per hari (bph). Hal ini juga membuat optimis target lifting tahun ini akan tercapai. Meski target diperkirakan tercapai, di sisi lain, penerimaan akan berkurang. Salah satu penyebabnya adalah penurunan harga minyak. Dalam APBN 2016, asumsi harga minyak mentah sebesar US$ 50 per barel. Padahal, saat ini harga minyak masih sekitar US$ 40 per barel. 

Halaman:
Reporter: Anggita Rezki Amelia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...