Pasar Khawatir Corona Bawa Dampak Resesi, Harga Minyak Tertekan Lagi
Harga minyak mentah dunia cenderung melemah pada perdagangan pagi, hari ini (29/6) waktu Indonesia. Pelemahan harga sejak akhir pekan lalu ini terjadi karena kasus baru positif virus corona di beberapa negara maju terus bertambah.
Berdasarkan data Bloomberg Senin (29/6) per Pukul 07.15 WIB, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 turun 1,49% ke level US$ 40,41 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Agustus 2020 anjlok 1,51% ke level US$ 37,91 per barel.
Sedangkan berdasarkan data Worldometers, total kasus terinfeksi Covid-19 di dunia mencapai 10.233.202 pada pagi, hari ini. Korban meninggal dunia mencapai 504.017, sementara yang sembuh 5.546.909.
“Sekitar seperempat dari total kematian sejauh ini di Amerika Serikat (AS),” demikian dikutip dari Reuters, Senin (29/6). (Baca: Kasus Covid-19 Global Lebih dari 10 Juta Orang, 498.274 Meninggal)
Kondisi tersebut membuat mayoritas ekonom yang disurvei Reuters, memperkirakan bahwa resesi akan lebih dalam dari proyeksi sebelumnya. Prospek ekonomi global oleh beberapa ekonom bahkan memburuk atau paling tidak, sama dibanding bulan lalu.
Padahal, sebelumnya harga minyak sempat menguat karena dipicu optimisme pasar terhadap permintaan bahan bakar minyak atau BBM yang mulai pulih di seluruh dunia. Tapi data terbaru menunjukkan bahwa kasus baru positif corona di beberapa negara maju terus bertambah.
Kasus yang meningkat tajam yakni di California, Texas, dan Florida, tiga negara bagian AS yang paling padat penduduknya. Ini dikhawatirkan menghambat pemulihan permintaan BBM.
(Baca: Permintaan BBM Mulai Meningkat, Harga Minyak Naik ke Level US$ 41,44)
Di satu sisi, beberapa negara bagian termasuk Florida dan Texas merupakan konsumen bensin terbesar. "Pasar terus resah tentang pemulihan permintaan, karena pihak berwenang meninjau kembali strategi pembukaan kembali," kata analis ANZ, merujuk pada Texas, Florida dan California, dikutip dari Reuters, Senin (29/6).
Perusahaan minyak dan gas (migas) di AS pun khawatir kondisi tersebut kembali menekan produksi, yang sudah dipangkas. "Pengusaha menunda pengembalian karyawan mereka ke kantor dan itu akan berdampak pada kembalinya permintaan bensin," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.
(Baca: Sempat Anjlok 5%, Harga Minyak Masih akan Tertekan Sentimen Corona)