Suka Duka Pasien Covid-19 di Wisma Atlet: Dukungan Psikologis Penting

Yuliawati
Oleh Yuliawati
18 Oktober 2020, 15:08
covid-19, corona, isolasi di wisma atlet, karantina di wisma atlet, OTG
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc.
Wisma Atlet menjadi tempat karantina pasien Covid-19 di Kemayoran, Jakarta, Rabu (18/3/2020).

Penggunaan Zinc untuk mencegah replikasi virus dan mempersulit masuk ke dalam sel. Selain mempertanyakan obat yang tak sesuai protokol Zelenko asli, obat-obatan yang diberikan justru memberikan efek samping yang membuatnya terus menerus muntah. “Saya tak bisa melakukan apa pun,” kata dia. Merasa kurang nyaman di Wisma Atlet, Bonar pun memilih keluar dari Wisma Atlet dan mencari hotel untuk isolasi mandiri.

Menjalani Masa Perawatan 10 Hari

Triani menjalani masa perawatan 10 hari di Wisma Atlet. Selama masa perawatan, kegiatan utama pemeriksaan kesehatan, makan, minum obat dan berolah raga. "Tugas (utama) para pasien istirahat, merawat diri, mengikuti proses pengobatan, dan berusaha meningkatkan imunitas," kata dia.

Selama menjalani isolasi itu, Triani jarang bertemu dengan perawat dan dokter. Dia memperkirakan di tiap lantai terdapat satu orang dokter dan tiga perawat tiap shift kerja. "Dokter hanya menemui pasien dalam kondisi khusus saja," kata dia.

Komunikasi intensif antara pasien dan dokter atau perawat melalui Whatsapp Group. Lewat jalur komunikasi Whatsapp itu pula petugas memantau sekaligus memberikan panduan kegiatan, terutama soal pemeriksaan kesehatan.

Ada beberapa kegiatan pemeriksaan kesehatan seperti pengambilan sampel darah untuk uji laboratorium; cek tekanan darah; tes kadar oksigen dalam darah; rekam jantung 1 jam sebelum minum obat dan 4 jam setelah minum obat, 3 hari setelah minum obat, dan 7 hari setelah minum obat;  rontgen toraks; dan swab test sebagai rangkaian pemeriksaan terakhir.

Pasien juga mendapatkan obat yang disesuaikan dengan kondisi dan gejalanya masing-masing. Komposisinya biasa berupa obat untuk mengobati gejala dilengkapi dengan vitamin. Triani mendapat obat yang biasanya juga diresepkan untuk pasien malaria, obat antivirus, antibiotik, obat lambung, dan vitamin.


Efek obat ini bermacam-macam tergantung daya tahan tubuh dan gejala yang dialami pasien. "Efek bisa berupa pusing, mual, telinga berdenging, hingga gangguan cemas," kata Triani.

Untuk makanan, Triani menilai asupan makanan yang diterimanya bergizi dan sangat layak. Tiap pasien mendapat makanan sebanyak tiga kali sehari yang menunya terdiri dari nasi, lauk, sayur, dan buah. Selain itu ada tambahan makanan kecil yang diberikan dalam rentang pukul 08.00–09.00.

Setiap jam makan, nasi dan lauk yang dikemas dalam kotak disediakan di depan ruang perawat. "Saat sudah waktunya makan dan minum obat, perawat yang berjaga akan menginfokan ke seluruh pasien melalui Whatsapp Group," kata dia.

Makanan juga disesuaikan dengan jenis diet pasien, misalnya penderita diabetes akan mendapat makanan rendah gula di antaranya mendapat nasi merah. Makanan khusus tersebut ditandai dengan kotak warna hijau. Adapun pasien tanpa diet khusus mendapat kotak putih.

Kegiatan yang sangat dianjurkan semasa karantina bagi para pasien OTG maupun gejala ringan adalah olahraga dan berjemur. Dua kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Biasanya, seluruh area terbuka di wisma akan ramai oleh pasien pada rentang 08.00–10.00. "Tentu tetap dengan menjaga protokol social distancing dan tetap memakai masker," kata dia.

Selain pengobatan fisik, RSDC Wisma Atlet juga menyediakan pendampingan psikologis baik secara online maupun tatap muka. Triani menilai pendampingan psikologis ini tidak kalah penting dengan pengobatan medis karena kondisi mental yang sehat dan stabil akan membentuk imunitas yang kuat.

"Dukungan psikologis ini adalah salah satu hal yang paling bermanfaat buatku selama menjalani pengobatan," kata dia.

Pada hari ke-8 di Wisma Atlet, Triani menjalani tes swab. Pemeriksaan ini menentukan nasib pasien.  Jika negatif, pasien boleh pulang. Adapun jika masih positif, masa karantina dilanjutkan dan pasien belum diizinkan pulang.

Triani menerima kabar hasil tes swab pada 5 Oktober 2020 bersama sepuluh orang pasien lain. Di ruang perawat, seorang dokter dengan membawa setumpuk dokumen mengumumkan bahwa hasil tes swab mereka negatif dan mereka diizinkan pulang.

Namun, proses kepulangan membutuhkan waktu satu hari untuk persiapan rekam medis dan surat keterangan karantina. "Bisa pulang ke tempat tinggal masing-masing dan berkumpul dengan keluarga adalah keberkahan bagi setiap pasien karantina," kata Triani.

Halaman:

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...