Jokowi Perintahkan Langkah Tanggap Darurat Bencana Gempa Malang
Presiden Joko Widodo memerintahkan jajarannya untuk mengambil langkah tanggap darurat terkait bencana gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Gempa berskala 6,1 magnitudo mengguncang Malang pada Sabtu (10/4) diiringi gempa susulan pagi ini (11/4) berskala 5,5 magnitudo.
"Saya telah memerintahkan Kepala BNPB, Kepala Basarnas, Mensos, Menkes, Menteri PUPR, Panglima TNI, Kapolri, beserta jajaran aparat lainnya termasuk Pemprov dan Pemkot untuk segera melakukan langkah tanggap darurat bencana," ujar Jokowi dalam Konferensi Pers, Minggu (11/4).
Jokowi meminta jajarannya untuk mencari dan menemukan korban yang tertimpa reruntuhan, memberikan perawatan kepada korban luka-luka, hingga menangani dampak gempa bumi. Ia juga menyampaikan duka cita bagi korban meninggal dunia akibat bencana tersebut.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini juga mengingatkan masyarakat bahwa Indonesia berada di wilayah cincin api. Dengan demikian, menurut dia, aktivitas alam yang dapat menimbulkan bencana dapat terjadi setiap saat.
"Oleh sebab itu, saya mengingatkan kepada gubernur, bupati dan walikota untuk terus mengimbau masyarakat mempererat kerja sama dan meningkatkan kewaspadaan akan datangnya bencana," ujar dia.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan biaya perawatan korban gempa menjadi tanggungan Pemprov. Ia juga telah meminta Bupati Malang dan Bupati Lumajang untuk menyiapkan tempat pengungsian guna menampung warga yang terdampak.
“Tempat pengungsian korban banjir dan gempa sangat berbeda sehingga harus disiapkan dengan baik. Ada trauma psikologis untuk korban gempa dan kemungkinan gempa-gempa susulan," kata Khofifah, saat meninjau Malang, seperti dikutip dari Antara.
Khofifah menjelaskan, ada kecenderungan terjadi trauma psikologis sehingga penanganan harus dibedakan pada saat menyiapkan tempat pengungsian untuk warga terdampak gempa bumi. Ini berdasarkan pengalamannya saat mengunjungi korban-korban gempa sebelumnya.
Salah satu tempat yang dapat menjadi pilihan sebagai tempat pengungsian adalah balai desa setempat. Ini karena warga terdampak gempa bumi membutuhkan tempat yang relatif luas dengan akses pintu keluar yang banyak untuk memastikan kondisi aman jika terjadi gempa susulan.
“Misalnya terjadi gempa susulan, mereka kemudian tidak berbondong-bondong keluar yang memiliki akses pintu terbatas. Maka, balai desa itu menjadi opsi yang strategis,” kata Khofifah.
Mantan Menteri Sosial ini juga meminta pemerintah daerah Kabupaten Malang, dan Kabupaten Lumajang untuk menyiapkan dapur umum karena dapur umum. Adapun proses evakuasi korban, menurut dia, saat ini tengah berjalan dengan bantuan personel TNI Polri, BPBD, serta para relawan.
"Kami melihat semua pihak langsung turun, termasuk relawan. Ini artinya proses evakuasi jadi prioritas saat tanggap darurat,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Malang Jawa Timur sebelumnya telah menetapkan status tanggap darurat gempa bumi. Pelaksana Tugas Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Malang Sadono mengatakan, pihaknya telah mengirimkan Tim Reaksi Cepat untuk melakukan pendataan, dan koordinasi lintas sektoral.
BPBD Kabupaten Malang juga telah mendirikan posko tanggap darurat bencana serta mengirimkan TNI, Polri, OPD terkait, serta relawan ke lokasi untuk penanganan darurat bencana. "Ada sejumlah kebutuhan warga yang mendesak, seperti terpal, makanan dan minuman, termasuk pembersih puing-puing. Saat ini data masih bergerak, dan terus dilakukan pembaharuan," ujar Sadono.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sudah terjadi delapan kali gempa susulan dengan skala 3,1 hingga 5,3 magnitudo di wilayah Malang hingga Minggu (11/4) pukul 07.25 WIB, setelah gempa pertama berskala 6,1 magnitudo terjadi kemarin (10/4). Gempa susulan terasa di sebagian besar wilayah Jawa Timur, hingga sebagian wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, pusat gempa susulan dengan magnitudo 5,3 yang terjadi pagi ini berada di laut dengan kedalaman 102 kilometer sekitar 71 km selatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Gempa ini merupakan jenis gempa menengah yang terjadi akibat adanya deformasi atau patahan pada bagian Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi atau menunjam ke bawah Pulau Jawa. "Mekanisme sumber gempa menunjukkan terjadinya pergerakan naik," ujar Daryono pada Minggu (11/4), seperti dikutip dari Antara.
Daryono menjelaskan, titik pusat gempa dalam bumi atau hiposenternya relatif dalam sehingga guncangan dirasakan di wilayah yang luas. Di Jawa Timur, guncangan terasa di Malang, Pacitan, Trenggalek, Nganjuk, Ponorogo, dan Blitar. Guncangan juga terasa di Wonogiri di Jawa Tengah, serta Gunung Kidul, Bantul, Kulonprogo, Yogyakarta.
Berdasarkan data Pusdalops PB Provinsi Jawa Timur hingga Minggu pukul 01.13 WIB, tercatat korban luka ringan 32 orang, korban luka sedang dua orang, korban luka berat satu orang, rumah rusak ringan 706 unit, rumah rusak sedang 205 unit, rumah rusak berat 79 unit, serta fasilitas umum rusak 119 unit.