Warung Favorit Jokowi: dari Teras Rumah, Kini Raup Omzet Jutaan Rupiah
Namun, dari semua capaian itu, Welly bercerita, restoran berlantai dua dengan luas sekitar 15 meter persegi itu awalnya hanya warung depan rumah saja. "Awalnya hanya jual ayam goreng di teras pekarangan rumah. Berkembang seiring waktu, kini renovasi terus," ujar Welly.
Welly mengatakan, ada beberapa cara yang ia lakukan agar restoran yang didirikan pada 2011 itu terus berkembang. Pertama, terus berinovasi. Warung Teras terus menambah menu baru untuk menarik minat konsumen. Tidak hanya menambah menu, restoran juga memastikan bahwa menu itu tersedia agar bisa dinikmati konsumen.
Inovasi lainnya, Warung Teras menambah tempat nongkrong bagi anak muda di lantai dua agar bisa memperluas pangsa pasar. "Lantai dua juga bisa digunakan untuk nongkrong, atau pesta-pesta. Itu untuk anak muda," ujarnya.
Di lantai dua itu, Welly tidak hanya menawarkan menu restoran seperti kepiting atau menu seafood lainnya, tapi juga menawarkan beragam panganan terkini, layaknya cafe.
Cara kedua, memastikan kualitas rasa dan pelayanan. Ia mempunyai komposisi rahasia dalam membuat beragam masakan. "Komposisinya tetap kami pertahankan," ujarnya.
Untuk pelayanan, pihaknya menjamin semua makanan yang disajikan akan cepat tersedia untuk disantap oleh konsumen. "Bahkan datang ratusan orang, setengah jam bisa semua makan," kata Welly.
Cara ketiga, gencar promosi. Welly mengatakan, di Bandara Internasional Juwata, Kota Tarakan terpajang gambar besar Warung Teras. Selain itu, ia menggandeng YouTuber untuk menilai makanannya dan menayangkannya di channel YouTube.
Terakhir, masuk ke pasar online. Kini, untuk penjualan, Warung Teras tidak hanya berjualan offline, tapi juga melayani konsumen melalui platform digital, seperti GrabFood.
Warungnya sempat ditutup saat pandemi Covid-19. Konsumen hanya bisa membeli makanan dari layanan online tersebut. Melalui platform digital itu, Welly mengatakan, Warung Teras bisa menyasar pangsa pasar yang sebelumnya tidak tersentuh, seperti orang-orang di perumahan atau perkantoran. Bukan hanya pelancong yang singgah di Kota Tarakan.
Diketahui, menurut catatan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), ada 5,55 juta usaha kuliner di Indonesia, atau 67,7% dari total 8,2 juta bisnis ekonomi kreatif pada 2018. Pertumbuhannya rerata 9,82% dalam tujuh tahun terakhir hingga 2020. Namun, sekitar 60% usaha kuliner di Nusantara terpukul pandemi Covid-19.