WHO: Covid 19 Varian Delta Sudah Dominan Menyebar di Dunia

Lavinda
Oleh Lavinda
19 Juni 2021, 12:43
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mengumumkan Covid 19 varian Delta, yang awalnya muncul di India, menjadi varian dominan yang menyebar secara global.
ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/AWW/dj
Adnan Abidi Seorang anak lelaki berada di sebelah jenazah ayahnya yang meninggal akibat terinfeksi virus corona (COVID-19), di sebuah krematorium di New Delhi, India, Sabtu (24/4/2021).

Pemerintah Rusia menyampaikan lonjakan kasus Covid-19 di wilayahnya semakin tinggi dan menimbulkan keraguan bahwa vaksin yang ada saat ini ampuh melawan Covid-19 varian Delta. Pemerintah negara pecahan Uni Soviet ini juga khawatir akan terjadi sebaran gelombang ketiga.

Para pejabat WHO mengatakan Afrika masih menjadi kawasan yang membutuhkan perhatian, meski hanya menyumbang sekitar 5% infeksi baru dan 2% kematian secara global.

Kepala Program Kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan kasus baru di Namibia, Sierra Leone, Liberia, dan Rwanda naik dua kali lipat pekan lalu. Namun, akses vaksin Covid-19 masih sangat minim di wilayah tersebut.

Di Indonesia, kasus Covid-19 memasuki fase baru. Hal ini ditandai dengan lonjakan kasus yang terjadi setelah Idulfitri. Berbagai kasus baru tersebut diduga berasal dari varian Delta (B.1617.2) yang berasal dari India.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 104 sekuens dari 145 sekuens varian baru Covid-19 merupakan varian Delta. Daya penularan varian ini dinilai lebih cepat. Sampai pertengahan Juni ini, mutasi virus sudah menyebar ke lebih 60 negara.

Jika dibandingkan dengan varian Alfa asal Inggris, daya penularan varian Delta 40% hingga 50% lebih tinggi. Selain itu penanganan medis untuk mengobati varian ini lebih sulit. Jika tertular varian Delta, maka potensi untuk dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) 1,6 kali lebih besar dalam dua pekan setelah mengalami infeksi. Ancaman Delta dalam Lonjakan Kasus Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi RI

“Dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dan 1,6 kali lebih mungkin berada di UGD dalam waktu dua pekan setelah mengalami infeksi,” kata epidemiolog Universitas Deakin Chaterine Bennett yang dikutip dari Australian Broadcasting Corporation Jumat (4/6).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...