Burung Elang Jawa, Taksonomi hingga Ancaman Kepunahan
Populasi Burung Elang Jawa
Tidak diketahui berapa jumlah pastinya yang masih hidup. Namun, berdasarkan jurnal yang diterbitkan Menteri Kehutanan berjudul Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Elang Jawa (2013-2022), diperkirakan jumlahnya sekitar 200 ekor.
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syartinilia dan kawan-kawan pada 2010 dengan menggunakan pendekatan ALR_50 model extrapolation yaitu pendekatan kebutuhan habitat, Elang Jawa menunjukan bahwa populasi burung ini berkisar antara 108-542 pasang dengan nilai pertengahan yaitu 325 pasang.
Perkembangbiakan Elang Burung Jawa
Populasi hewan ini tidak bisa berkembang cepat karena merupakan hewan monogami yang kawin dengan satu pasangan seumur hidup. Penelurannya kebanyakan terjadi pada bulan antara pertengahan tahun pertama dari Desember-Januari ke Juni-Juli.
Satwa ini mengerami telurnya selama kurang lebih 47 hari, dan 95% dilakukan oleh induk betina. Sementara, induk jantan bertugas mencari makan. Elang Jawa diperkiran mulai berbiak pada usia 3-4 tahun.
Pohon sarangnya umunya memiliki diameter batang yang cukup besar yaitu sekitar 1 meter dengan ketinggian pohon mencapai 30 meter.
Ancaman Kepunahan
Melihat keberadaannya yang terancam punah, para ilmuwan berupaya melakukan konservasi atas Burung Elang Jawa. Namun, hal ini tidaklah mudah, sebab habitatnya yang semakin rusak dan sempit serta perburuan dan perdagangan ilegal diyakini semakin meningkat.
Berdasarkan jurnal yang diterbitkan Menteri Kehutanan, pada 2004, terdapat 20 ekor Elang Jawa diperdagangkan di sejumlah pasar burung di Pulau Jawa. Di tahun yang sama, 10 ekor Elang Jawa dikirim ke Korea Selatan, dan 11 ekor dikirim ke Taiwan dan Singapura.
Adapun masalah utama yang dihadapi dalam konservasi Elang Jawa adalah:
- Kerusakan habitat
Sekitar 46,7% populasi Elang Jawa yang hilang disebabkan oleh kerusakan habitat. Mengacu pada peta distribusi hutan alam di Jawa dan tingginya tingkat kerusakan habitat di Jawa bagian tengah, maka akan muncul kemungkinan masalah, yaitu terpisahnya populasi di Jawa bagian barat dan bagian timur.
- Perburuan dan perdagangan ilegal
Perdagangan Burung Elang Jawa diyakini terus meningkat. hal ini terjadi khususnya di kota-kota besar, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan lainnya. Bahkan, beberapa survei menunjukan bahwa 30-40 ekor Elang Jawa diperjualbelikan di pasar burung di Pulau Jawa.
Lambang Negara
Pada 1950, dilakukan sayembara untuk pemilihan lambang negara. Dari kompetisi tersebut, dipilih rancangan Burung Garuda milik Sultan Hamid II dari Pontianak, Kalimantan Barat.
Rancangan tersebut mengalami perbaikan dan masukan dari presiden pertama Indonesia. Hal tersebut dimaksudkan untuk membedakannya dengan burung Bald Eagle yang menjadi simbol negara Amerika Serikat. Presiden Ir. Soekarno kemudian menambahkan jambul di kepala Garuda yang identik dengan Elang Jawa.
Hingga saat ini, pemerintah masih mengupayakan pelestarian Burung Elang Jawa. Dalam kunjungan ke Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) pada 14 Februari 2020, Presiden Joko Widodo melepasliarkan dua ekor Elang Jawa dengan harapan dapat menjaga kelestarian burung ini di alam bebas sekitar Gunung Merapi.