Mengenal Bahasa, Rumah Adat, dan Tradisi Suku Tengger

Dwi Latifatul Fajri
25 Oktober 2021, 12:36
Suku Tengger
ANTARA FOTO/Zabur Karuru/hp.

Ongkek berisi berbagai tanaman budidaya suku Tengger, ada juga bahan ritual, dan jajanan pasar. Tanaman budidaya (Tandur Tuwuh) ini seperti kentang, bawang prei, kelapa, gandung, padi, siyem, srikoyo, dan sayuran lainnya. Ada juga hewan kurban seperti ayam, kambing, dan domba.

Acara selanjutnya dari Adat KAsada adalah Korban Labuhan yang dilakukan pukul 03.00-04.00 pagi. Ongkek dan Tandur Tuwuh dipersembahkan ke kawah gunung Bromo. Upcara Labuhan ini dilakukan tetuan adat memasukkan ongkek dan tandur tuwuh di gunung itu.

Masyarakat membuang tandur tuwuh dan berdoa untuk kesehatan, kemakmuran, dan rejeki. Ada juga mengambil benda-benda bermanfaat seperti uang, kentang, daging ayam, kue yang dilarung ke gunung Bromo disebut marit.

6. Adat Karo

Karo dikenal sebagai pemujaan terhadap Sang Hyang Widhi Wasa, penghormatan roh leluhur, dan kesucian manusia. Perayaan dilakukan dengan cara membersihkan diri, rumah, rumah ibadah, balai desa, makam, sampai lingkungan desa.

Masyarakat Tengger yang lain menghormati adat Karo dengan cara bersih desa. Adat Karo ini dilakukan selama 2 minggu meliputi berbagai kegiatan seperti Ngumpul (musyawarah), Mepek (mencukupi kebutuhan), Tekane Ping Pitu, Prepegan, Sodoran (tarian daerah), Sesanding, Nyadran, dan Mulihe Ping Pitu.

Upacara adat Nyadran menyiapkan sesaji ke tempat makan yang dipimpin oleh ketua adat. Upacara ini menjelaskan tentang kehidupan manusia dari awal kelahiran sampai kematian. Setelah adat Nyadran ada acara selamatan yang dilakukan masyarakat. Acara ini menghadirkan tari Tayup dan tari Ujung-Ujungan.

7. Adat Unan-Unan

Upacara adat selamatan suku Tengger yang diadakan 5 tahunan sesuai perhitungan kalender Tengger. Unan-Unan berasal dari Nguno, artinya adalah memanjangkan bulan yang dilakukan setiap 5 tahun sekali.

Upacara Unan-Unan dini dilakukan di tempat sakral seperti Sanggar Pamujan. Hewan kerbau digunakan sebagai korban. Mitos upacara ini dahulu hewan besar dipakai sebagai persembahan terhadap buta kala yaitu Buta Galungan, Dunggulan, dan Amangkurat.

Upacara dilakukan supaya masyarakat terhindar dari gangguan dan penyucian dari kegelapan. Pelaksanaan upacara dilakukan dengan kepala kerbau, kulit kerbau, dan 100 sesajen yang diletakkan dalam wadah besar. Sesajen ini kemudian diarak dari Balai Desa ke Sanggar Pamujan.

8. Adat Entas-Entas

ONGKEK YADYA KASADA
ONGKEK YADYA KASADA (ANTARA FOTO/Zabur Karuru/hp.)

Upacara adat ini dilakukan dengan mensucikan arwah leluhur agar mudah memasuki alam lelanggit. Menurut ketua adat, Entas-Entas adalah upacara sakral yang dilakukan selama 3 sampai 4 hari.

Urutan upacara Entas - Entas, yaitu Resik, Sedekah, Andeg-andeg Klakah, Menduduk, Kayopan Agung, dan Nglukat. Untuk mendukung acara ini dilakukan dengan penyembelihan sapi, kambing, babi untuk agama Hindu. Kuda dipakai sebagai alat transportasi pawai dan arak-arakan desa.

Upacara adat ini dilengkapi dengan sesajen yang terdiri dari tumpeng, gedang ayu, nasi, ayam panggang, kupat, lepet, banyu suci. Ada juga tanaman seperti daun pandan, bunga soka, piji, alang-alang, tebu, dan pisang.

Ketika upacara Nglukat, dilakukan penyebaran beras yang diikuti ayam dan bebek. Ada juga acara arak-arakan diiringi gamelan menuju makam. Ketika berjalan ke area makam dilakukan pembakaran kemenyan, pemecah telur, dan menyebar berbagai bunga. Ketika malam hari dilakukan acara tandakan yang menampilkan tari Sayup yang diiringi musik gamelan.

9. Upacara Pujan Mubeng

Upacara adat dilakukan pada bulan kesembilan atau Kesanga, setelah bulan purnama. Masyarakat Tengger berjalan dari batas desa bagian timur mengelilingi empat penjuru desa. Upacara ini dilakukan untuk membersihkan desa dari gangguan dan bencana alam. Perjalanan keliling upacara diakhiri dengan makan bersama di rumah tetua adat.

10. Upacara Liliwet

Upacara ini diadakan dengan setiap rumah penduduk. Upacara Liliwet dilakukan dengan pemberian mantra seluruh bagian termasuk pekarangan agar terhindar dari malapetaka. Tempat yang diberi mantra yaitu dapur, pintu, tamping, sigiran, dan empat penjuru pekarangan.

11. Upacara Barikan

Dari jurnal "Sekilas Tentang Masyarakat Tengger" yang dibuat oleh Ayu Sutarto, upacara Barikan dilakukan masyarakat Tengger setelah gempa bumi, bencana alam, gerhana, dan peristiwa lain.

Upacara ini dilakukan jika ada pertanda buruk terhadap kejadian alam. Masyarakat adat melakukan upacara Barikan selama 5-7 hari setelah peristiwa. Upacara ini dilakukan untuk memberi keselamatan dan menolak bahaya yang akan datang.

12. Upacara Kematian

Upacara ini dilakukan dengan gotong royong. Tetangga memberi perlengkapan dan keperluan untuk upacara penguburan. Nglawu adalah bantuan pemberian seperti uang, beras, kain kafan, dan gula pada keluarga.

Mayat dimandikan di atas balai-balai. Tetua adat membersihkan air suci dari prasen kepada jenazah sambil mengucapkan doa kematian. Sebelum kuburan digali, tetua adat memberikan siraman air yang telah diberi mantra.

Tanah yang diberi air kemudian digali untuk liang kubur. Mayat suku Tengger dibarikan dengan kepala membujur ke selatan ke arah Gunung Bromo. Sorenya keluarga mengadakan selamatan. Orang yang meninggal kemudian diganti dengan boneka yang disebut bespa. Boneka dini terbuat dari bunga dan dedaunan yang diletakkan di atas balai-balai berbagai macam sajian.

Halaman:
Editor: Safrezi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...