Kasus Penipuan Binary Option Tak Hanya Terjadi di Indonesia

Aryo Widhy Wicaksono
5 April 2022, 12:40
Hermawan (kiri) bersama Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Gatot Repli Handoko (kanan) saat gelar barang bukti kasus afiliator Binomo dengan Tersangka Indra Kenz (tengah), Jumat (25/3/2022).
ANTARA FOTO/Adam Barik/Adm/rwa.
Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan (kiri) bersama Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Gatot Repli Handoko (kanan) saat gelar barang bukti kasus afiliator Binomo dengan Tersangka Indra Kenz (tengah), Jumat (25/3/2022).

Lembaga investigasi federal Amerika Serikat, yaitu Federal Bureau of Investigation (FBI) telah memberikan peringatan mengenai penipuan di balik perdagangan pada opsi biner.

Pada 2017, FBI menjelaskan bahwa divisi pengaduan kriminal di internet, yaitu Internet Crime Complaint Center (IC3) pada 2011 menerima empat laporan dengan korban mengalai kerugian hingga 20 ribu USD.

Namun berselang lima tahun, IC3 menerima ratusan keluhan dengan kerugian korban mencapai jutaan dolar yang dilaporkan selama 2016. Menurut FBI, angka tersebut hanya mencerminkan korban yang melaporkan diri ke IC3, jumlah sebenarnya di seluruh dunia, tidak sepenuhnya diketahui.

"Beberapa negara Eropa telah melaporkan bahwa keluhan penipuan terkait opsi biner mencapai 25 persen dari semua keluhan penipuan yang diterima," jelas keterangan resmi FBI pada 13 Maret 2017.

Menurut Agen Khusus Milan Kosanovich, yang bekerja di Unit Kejahatan Keuangan Kompleks Divisi Investigasi Kriminal FBI, salah satu tantangan terbesar penegak hukum dalam menghadapi kasus-kasus ini adalah kenyataan bahwa penipu menggunakan perangkat canggih dan beroperasi di banyak negara.

Faktor penting lainnya, kata Kosanovich, adalah kesadaran dan memberikan pemahaman kepada para investor. “Investor perlu menyadari potensi penipuan yang signifikan di situs opsi biner, dan mereka perlu memastikan bahwa mereka melakukan uji tuntas sebelum menempatkan perdagangan atau taruhan pertama itu,” ujar Kosanovich dikutip dari situs resmi Pemerintah AS.

Umumnya penipuan terkait opsi biner meliputi tiga kategori, yaitu penolakan untuk mencairkan rekening pelanggan atau mengembalikan dana kepada pelanggan. Biasanya dilakukan dengan membatalkan permintaan penarikan pelanggan, mengabaikan panggilan telepon dan email pelanggan, bahkan membekukan akun serta menuduh pelanggan telah melakukan penipuan.

Kedua, meliputi pencurian identitas. Perwakilan dari situs opsi biner mengeklaim secara sepihak menyatakan pemerintah memerlukan fotokopi kartu kredit, paspor, SIM, tagihan listrik, atau data pribadi lainnya.

Selanjutnya memanipulasi perangkat lunak dari aplikasi perdagangan. Beberapa dari platform perdagangan ini mungkin mengonfigurasi ulang algoritme yang mereka gunakan, sehingga secara sengaja menghasilkan kerugian pada perdagangan, seringkali dengan mendistorsi harga dan pembayaran.

Di Uni Eropa, European Securities and Markets Authority (ESMA), otoritas yang bertugas mengawasi dan menetapkan kebijakan terkait pasar dan sekuritas di Eropa, telah melarang praktik perdagangan opsi biner sejak 2 Juli 2018. 

“Distribusi dan penjualan opsi biner ke klien ritel dilarang di seluruh Uni Eropa,” kata juru bicara ESMA seperti dikutip dari Emerging Europe.

Sementara Australia, larangan terhadap perdagangan opsi biner berlaku sejak 3 Mei 2021. Australian Securities & Investments Commission (ASIC), sebuah komisi yang menangani masalah sekuritas dan investasi di Australia, menyatakan opsi biner mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi klien ritel.

Dalam keterangan resmi ASIC yang dipublikasikan 1 April 2021, komisi menyebutkan pada 2017 dan 2019 sekitar 80% klien ritel kehilangan uang dalam perdagangan opsi biner. 

Komisaris ASIC, Cathie Armour, mengatakan karakteristik produk 'opsi biner' membuatnya tidak sesuai dengan investasi atau penggunaan manajemen risiko oleh klien ritel. 

Halaman:
Reporter: Aryo Widhy Wicaksono
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...