Beda Sikap Capres Cawapres Soal Politik Uang, Siapa Tegas Menolak?
Warga tersebut lantas menanyakan alasan mengapa tak boleh. Saat itu dijawab oleh Panwaslu bahwa bagi-bagi uang termasuk dalam politik uang yang tak diperbolehkan.
"Tahu? Money itu duit. Money politic artinya politik uang. Artinya, tidak boleh," kata Ganjar.
Anies Ingatkan Hormati Hak Pilih
Senada dengan Ganjar, Anies Baswedan juga tegas menolak politik uang. Calon presiden nomor urut 1 itu beranggapan pihak yang membagikan uang pada masyarakat dengan tujuan tertentu sejatinya tak menghormati hak pilih.
Anies meminta agar para pihak yang ikut berkontestasi dalam Pemilu untuk menahan diri agar tak memberi uang pada masyarakat. Menurutnya, hal itu menunjukkan setiap pihak menghormati proses politik.
"Jadi pihak-pihak yang melakukan itu (bagi-bagi uang) tahan diri. Hormati proses politik," kata Anies.
Muhaimin Beda Sikap dengan Anies Soal Politik Uang
Tak hanya para capres, kandidat cawapres pun turut menyampaikan sikap mengenai fenomena politik uang. Namun sikap cawapres ada yang berbeda dengan para capres.
Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar saat menghadiri acara silaturahmi dengan pimpinan majelis taklim di GOR PGRI, Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/12) mengatakan bahwa sogokan dapat diambil namun tak perlu menuruti keinginan yang memberikan.
Mengenai pilihan nantinya, kata Muhaimin, kembali pada pilihannya sendiri. "Lebih baik kalau disogok, dikasih orang supaya memilih yang lain, terima saja sogokannya, tapi jangan pilih kemauannya," kata Muhaimin.
Mahfud Minta Utamakan Hati Nurani
Sementara itu, cawapres nomor urut 3 Mahfud MD mengingatkan agar masyarakat tak mau ditekan atau disuap terkait dengan pilihannya di Pilpres 2024. Mahfud mengatakan itu dalam Orasi Kebangsaan di Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat, Senin (18/12).
Dalam orasinya, Mahfud mengatakan bahwa orang yang menjatuhkan pilihan lantaran diteror, disuap, atau ditekan, dan tidak sesuai hati nurani, itu seperti binatang. Mahfud pun mengingatkan ajaran agama yang melarang adanya praktik suap.
“Menurut ajaran agama, orang yang memilih karena disuap, tidak sesuai dengan hati nurani, itu seperti binatang. Nuraninya tidak hidup. Ingin milih itu, dikasih uang jadi berubah, jadi dia tidak pakai nurani. Punya mata dan telinga tapi tidak melihat dan mendengar kebenaran," kata Mahfud.
Adapun wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka belum pernah memberi pernyataan mengenai politik uang.