Bukan Profit, Investasi Budaya untuk Pembangunan Manusia

Nabilah Muhamad
24 April 2024, 15:44
Salah satu pameran budaya berupa lukisan karya siswa SMK yang dipamerkan pada Vokasifest dan Festival Kampus Merdeka di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
ANTARA FOTO/Cahya Sari/sgd/nz
Salah satu pameran budaya berupa lukisan karya siswa SMK yang dipamerkan pada Vokasifest dan Festival Kampus Merdeka di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Lebih lanjut, essai karya De Budi Sudarsono, statistikawan kebudayaan, berjudul Manfaat Sosial Investasi di Sektor Budaya pada April 2024 menjabarkan aspek kebudayaan yang kerap terabaikan tetapi memiliki potensi besar dalam memajukan kualitas ekonomi, sosial, hingga demokrasi Indonesia. 

Di sektor demokrasi, masyarakat yang mengapresiasi budaya akan terdorong untuk mengkritik, merefleksikan, serta memberikan pandangannya terhadap isu sosial-politik melalui karya. “Dengan adanya kebebasan ekspresi di sektor budaya, masyarakat menjadi terdorong berkontribusi dalam pembentukan kebijakan publik,” kata Budi.

Budi menilai bahwa investasi yang tepat dan didukung oleh kebijakan yang memadai oleh pemerintah juga dapat menjadikan kebudayaan sebagai katalis pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. 

Kebudayaan juga memiliki pengaruh positif terhadap pembangunan manusia Indonesia secara umum. Hal tersebut termuat dalam riset Pengaruh Pembangunan Kebudayaan terhadap Pembangunan Manusia di Indonesia yang ditulis oleh Isna Zuriatina dari Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat pada 2020.

Isna mengungkapkan, setiap kenaikan satu persen IPK, akan menaikkan IPM sebesar 0,437%. Artinya, semakin tinggi capaian pembangunan kebudayaan maka semakin tinggi pula capaian pembangunan manusia suatu daerah. Adapun standar penilaian IPM, yakni sangat tinggi (lebih dari atau sama dengan 80 poin); tinggi (70-80 poin), sedang (60-70 poin); dan rendah (kurang dari 60).

Menurut Isna, temuan ini bisa menjadi masukan konstruktif untuk pemerintah. Toh, investasi di sektor budaya ini bisa memberikan dampak pengganda atau multiplier effect bagi kehidupan publik. Gelaran ArtJog, contohnya, berkontribusi sebesar Rp3,4 triliun atau 2,28% dari produk domestik regional bruto (PDRB) DI Yogyakarta, menurut studi Dewi dan Subagya yang ditulis Ratri Ninditya pada April 2024.

Data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Oktober 2023 juga menunjukkan, sektor ekonomi kreatif berkontribusi hingga Rp1.280 triliun terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional 2022. Sumbangan tenaga kerjanya mencapai 17,7% pada tahun yang sama. 

“Segala perencanaan pembangunan harus juga mempertimbangkan pembangunan kebudayaan,“ tulis Isna dalam jurnalnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...