Kementan Minta Tambahan Anggaran Rp 50 M untuk Pusat Kontrol Pertanian
Kementerian Pertanian (Kementan) mengajukan penambahan anggaran sebesar Rp 50 miliar. Penambahan anggaran tersebut digunakan untuk mendukung pengembangan pusat data dan sistem kontrol pertanian nasional berbasis teknologi bernama Agriculture War Room (AWR) .
Ruangan berisi alat pemantau yang berfungsi memperbarui data pertanian di Indonesia secara berkala ini sempat diklaim Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo hampir mirip dengan cara kerja pusat kontrol di Pentagon, Amerika Serikat. Adapun, AWR tersebut telah diluncurkan pada awal Februari lalu.
"Ada usulan perubahan tambahan realokasi anggaran sebesar Rp 50 miliar untuk AWR yang telah diirintis oleh Menteri Pertanian," kata Sekretaris Jenderal Kementan Momon Rusmono dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (10/2).
(Baca: Terlacak Satelit, Luas Lahan Baku Sawah 2019 Tambah 300 Ribu Hektare)
Secara rinci, dia menjelaskan anggaran tersebut sebagian akan dialokasikan untuk membiayai tenaga ahli pendamping pengembangan AWR senilai Rp 15,5 miliar. Kemudian, anggaran untuk pengadaaan perangkat keras dan perangkat lunak sebesar Rp 5,5 miliar serta peningkatan jaringan penyimpanan sebesar Rp 9 miliar.
Selanjutnya, anggaran untuk fasilitas operasional dan koordinasi AWR Rp 6 miliar, anggaran untuk koordinasi kelembagaan dan kebijakan pengembangan Rp 7,5 miliar. Lalu, anggaran untuk koordinasi penyebaran teknologi, informasi, dan publikasi data pertanian dan peningkatan daya saing hasil pertanian sebesar Rp 6,5 miliar.
Namun demikian, Wakil Ketua Komisi IV Budisatrio Djiwandono justru mempertanyakan tujuan penambahan anggaran tersebut. Menurutnya, pemantauan data pertanian, bisa dilakukan dengan lebih sederhana dengan anggaran tak terlalu bessar.
"Kalau untuk mengelola data BPS saja, dari ipad saya juga bisa tanpa memerlukan dana puluhan miliar," ujar dia.
(Baca: Kementan Target Selesaikan Peta Tematik Sawit Tahun Ini)
Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto menjelaskan, AWR tersebut berfungsi untuk meningkatkan peringatan dini untuk bila terjadi ancaman produksi komoditas pertanian, misalnya cabai dan bawang.
"Jadi AWR bisa memprediksi bawang stok bawang dan cabai akan menimbulkan masalah tidak," ujar dia.
Selain itu, AWR juga akan menyimpan data produksi dan musim panen setiap komoditas, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), produsen benih hortikultura, data ekspor dan impor, organisme pengganggu tanaman, calon petani penerima APBN horti, hingga informasi harga komoditas hortikultura.
Data tersebut dikumpulkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Statistik Pertanian Hortikultura dari tingkat kecamatan hingga provinsi.