Pengusaha Minta Penurunan Pajak Hotel untuk Atasi Dampak Virus Corona

Rizky Alika
14 Februari 2020, 15:04
perhotelan, pariwisata, virus corona
ANTARA FOTO/M N Kanwa
Ilustrasi, sejumlah wisatawan asing asal China antre di konter lapor diri (check-in) Terminal Keberangkatan Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (28/1/2020). Jumlah wisatawan menurun akibat virus corona. Hal tersebut berdampak pada bisnis perhotelan.

Wakil Gubernur Bali itu pun mengatakan setiap hotel telah memiliki harga batas bawah masing-masing. Oleh karena itu, ia menilai solusi untuk meningkatkan wisata ialah dengan pemberian insentif. "Misalnya hotel memberikan extra lunch atau dinner," katanya.

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan menyatakan bakal melaporkan rumusan insentif penerbangan untuk maskapai kepada Presiden Joko Widodo pada pekan depan. Pemberian insentif ini seiring potensi kerugian yang dialami maskapai akibat lesunya usaha penerbangan serta mewabahnya virus corona.

"Akhir minggu ini atau awal minggu depan difinalkan, baru kami laporkan ke Presiden," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Kamis (13/2).

Namun, sebelum usulan itu sampai ke presiden, pihaknya akan membahas terlebih dahulu dengan Kementerian Keuangan. Sebab, salah satu usulan insentif mencakup rencana pengurangan kewajiban penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

"Karena yang punya kewenangan untuk menetapkan dikurangi atau ditiadakan itu Kementerian Keuangan," katanya.

Adapun besaran PNBP yang harus dibayarkan saat pesawat itu mendarat sebesar Rp60 juta. Selain itu, insentif lain yang juga diusulkan untuk membantu pihak maskapai menghadapi penurunan penumpang berupa insentif biaya pendaratan (landing fee) atau pajak bandara (airpot tax) yang dikenakan langsung kepada penumpang melalui harga tiket.

Usulan-usulan tersebut menurutnya juga sudah didiskusikan bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, operator penerbangan dan PHRI.
Berdasarkan pembahasan dengan Kemenpar, keduanya juga sepakat agar memberikan insentif atau membuat paket wisata antara maskapai dan hotel untuk membangkitkan sektor wisata dan penerbangan.

Pasalnya, jumlah penumpang baik dari maupun menuju Tiongkok turun drastis hingga 30% karena dampak virus corona. "Rata-rata segitu, tapi yang ke Jepang, Amerika, Korea enggak masalah," katanya.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio sebelumnya menyebutkan potensi kerugian di sektor pariwisata akibat serangan virus corona mencapai US$ 2,8 miliar atau setara Rp 38,2 triliun. “Karena ini angkanya masih bergerak, kita bisa tahu ruginya berapa kalau corona sudah berhenti. Kalau kita rata-ratakan setahun dari Tiongkok saja dengan dua juta jumlah wisatawan sudah US$ 2,8 miliar,” kata Wishnutama.

(Baca: Turis Asing Turun Akibat Corona, Luhut Janjikan Paket Wisata Domestik)

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...