Transformasi Bisnis Media di Era Digital Terus Bergulir

Image title
Oleh Ekarina
9 Desember 2020, 08:00
Bisnis, Media Digital, Iklan, Digital, Teknologi, Pandemi, Covid-19
123rf/ theromb
Ilustrasi. Media cetak mengalami disrupsi perubahan teknolog.

“Dari total revenue yang kami peroleh, pendapatan dari (platform) digital itu sekitar 15% atau maksimal 20%, sisanya masih dari platform cetak yang kami punya,” ujar Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi kepada katadata.co.id.   

Irfan mengatakan hasil penjualan produk cetak Republika saat ini sudah dapat menutup ongkos produksi. “Jadi ibaratnya kami cetak koran tanpa ada iklannya, kami masih bisa menikmati keuntungan,” katanya.

Dengan kondisi ini, kata Irfan, tidak ada alasan bagi perusahaan untuk menghentikan produksi surat kabar cetak. Meskipun terjadi penurunan oplah cetak, tetapi tidak terlampau drastis akibat loyalitas pembaca berlangganan di tengah tren digitalisasi.

Republika pun tak abai dengan tren digitalisasi. Perusahaan ini mengembangkan platform online yang terus mengalami peningkatan pengguna. "Kami terapkan mindset untuk tidak fanatik pada platform. Sehingga orang tidak kemudian mendikotomi online dan koran," katanya.



Saat ini, beberapa media massa di Indonesia yang masih mempertahankan versi cetak di antaranya Harian Kompas, Media Indonesia, Koran Seputar Indonesia (Sindo) dan Bisnis Indonesia.

Sedangkan beberapa media lain yang sempat memiliki versi cetak, namun kemudian tutup di antaranya Jakarta Globe, Sinar Harapan, Tabloid BOLA, Majalah Fortune, Majalah Hai, Kawanku dan sebagainya. Sebagian dari media tersebut kini beralih ke versi online.

Transformasi Perlu Dibarengi Inovasi

Pengamat media dan dosen Universitas Multimedia Nusantara Ignatius Haryanto, mengatakan, disrupsi digital di bisnis media massa memang tak terhindarkan. Sehingga, keputusan media sepenuhnya bertransformasi ke platform digital bisa dimaklumi.

Hanya saja, transformasi ini menurutnya harus diikuti dengan inovasi dan menjaga kualitas konten. Apalagi tantangan dari industri media digital yakni pemasukan dari iklan yang umumnya tak sebesar media cetak.

Kompetisi mendapatkan ceruk iklan lebih sulit karena bersaing dengan perusahaan teknologi global. "Persaingannya berat dan banyak media online harus berkompetisi merebut iklan dengan perusahaan besar seperti Google, Facebook, Youtube dan sebagainya," kata Ignatius kepada katadata.co.id.

Pendapatan industri penerbit koran secara global masih minus sejak 2015. Riset PricewaterhouseCoopers (PwC) sebelumnya menunjukkan penurunan terbesar terjadi pada 2017 sebesar 4,4%. Pada 2019, PwC memperkirakan penurunan pendapatan penerbit koran berkurang menjadi 2,9%. 

Fenomena ini memaksa penerbit koran dan majalah mempertimbangkan model bisnis baru. Sejumlah media cetak tengah sudah mulai beralih dan menikmati peningkatan konsumsi digital di seluruh kawasan.

Sirkulasi koran digital meningkat, pendapatannya secara tahunan masih tumbuh meski melambat. Riset PwC menyarankan salah satu solusi dengan strategi pembayaran digital, termasuk keanggotaan dan donasi.

Media bisnis asal Amerika Serikat (AS) The Wall Street Journal (WSJ) misalnya, yang di awal tahun ini berhasil menggaet 2  juta pelanggan digital. WSJ menyusul kesuksesan The New York Times yang memiliki 5,2 juta pelanggan untuk media cetak dan digital, dengan 3,42 juta merupakan pelanggan berita digital hingga akhir 2019. Lewat model bisnis media online berbayar, WSJ memperoleh kenaikan jumlah pelanggan sebesar 13% pada kuartal keempat tahun lalu.

Reporter/ Penyumbang Bahan: Ivan Jonathan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...