Transformasi Bisnis Sido Muncul, Produk Jamu Lokal yang Mendunia

Image title
Oleh Ekarina
14 Desember 2020, 14:00
Sido Muncul, Bisnis, Jamu, Ekspansi, Investasi, Pasar, Industri.
Katadata
Berbagai jenis jamu produksi PT Sido Muncul.

Oleh karenanya perusahaan menggencarkan strategi branding melalui media sosial maupun digital seiring tingginya penggunaan internet masyarakat.

Produk Sido Muncul mulai masuk pasar ekspor sekitar 2012 dan semakin berkembang di sejumlah pasar seperti di Filipina dan Nigeria. Pada Januari 2018, perseroan mendirikan anak usaha bernama Muncul Nigeria Limited.

Muncul Nigeria Limited akan difokuskan untuk mendistribusikan produk-produk Sido Muncul ke Nigeria dan negara Afrika lainnya.

Hingga saat ini, Sido Muncul sudah memiliki 300 varian produk seperti Tolak Angin, Tolak Linu, Kuku Bima, Kunyit Asam yang dipasarkan di sekitar 120 titik distribusi seluruh Indonesia. 

Untuk mengembangan usahanya di 2021, perusahaan menganggarkan investasi belanja modal (capex) senilai Rp 180 miliar. Dana ini digunakan untuk pengadaan beberapa fasilitas tambahan di pabrik ekstraksi serta untuk pengembangan bisnis ke hulu dan penyediaan bahan baku.

Hingga kuartal III 2020, Sido Muncul membukukan penjualan Rp 2,26 triliun. Sedangkan pada 2019, total penjualan perusahaan mencapai Rp 3,07 triliun. Yang mana 67% disumbang dari produk herbal dan suplemen, 29% makanan minuman dan 4% produk farmasi.

PENERAPAN PROSEDUR NORMAL BARU
PENERAPAN PROSEDUR NORMAL BARU (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.)

Bisnis Sido Muncul sempat terkendala akibat pandemi Covid-19. Pada kuartal III 2020, manajemen menilai sudah terjadi pemulihan setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diperlonggar.

Manajemen mengatakan aktivitas bisnis secara umum mulai meningkat dan menuju pemulihan. Hal ini sejalan dengan beroperasi kembali pusat perbelanjaan, pasar, toko-toko, serta perkantoran.

Pemulihan ini masih belum mencapai posisi sebelum terjadinya pandemi, serta pemulihan ekonomi tidak secepat yang diharapkan sebelumnya. "Sehingga ancaman resesi kian nyata bagi perekonomian Indonesia," tulis manajemen seperti dikutip dari bahan materi RUPSLB.

Peningkatan permintaan jamu tradisional di tengah merebaknya pandemi corona tak serta merta menjadikan sektor usaha ini berada di atas angin. Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) mencatat, hingga saat ini terdapat 30% industri jamu yang merumahkan karyawan akibat Covid-19 dan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Ketua GP Jamu Dwi Ranny Pertiwi mengatakan, PSBB menyebabkan distribusi dan pemasaran barang ke wilayah ikut terdampak, khususnya di wilayah Kalimantan dan Indonesia Timur. Akibatnya, penjualan pun menurun.

Padahal, dari sisi produksi, industri jamu memiliki kecukupan bahan baku. Permintaannya pun sedang tinggi, lantaran banyak masyarakat percaya akan khasiat jamu terhadap kesehatan.

"Sebanyak 30% industri terutama di daerah mulai merumahkan karyawannya. Sebagian masih berjalan baik," kata Dwi dapat rapat bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (27/4).

Menurut dia, hambatan penjualan saat ini ikut diperparah dengan adanya impor jamu dalam skala besar oleh Satuan Tugas (Satgas) Lawan Covid-19 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.

Padahal, jamu sejenis dapat diproduksi oleh industri dalam negeri. Adanya kebijakan tersebut menjadikan industri tak mampu menjadi tuan rumah di pasar domestik.

Industri jamu menghadapi pasang-surut. Salah satu pemain utama yang juga perusahaan legendaris, Jamu Cap Nyonya Meneer yang berdiri pada 1919 bahkan ditetapkan pailit pengadilan pada 2017 lalu.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...