Raih Dana Segar, Brodo Dorong Ekspor Sepatu hingga Bisnis Konsultan

Image title
Oleh Ekarina
17 Desember 2020, 19:52
Brodo, Sepatu, Bisnis, UMKM, Brand Merek, Pandemi, Covid-19, Jepang , Ekspor.
@bro.do / Instagram
Ilustrasi brand sepatu lokal Brodo. Brodo Indonesia baru saja mendapat pendanaan dari BRI Ventures.

Untuk pelaku UMKM yang merintis usaha, dia pun membagikan tiga tips. Pertama, percaya dengan brandnya. Memiliki produk bagus saja tidak cukup, tapi sebuah brand harus memiliki story atau narasi agar bisa diingat dna dikenal.

Kedua, go digital. Pandemi corona harus bisa mempercepat UMKM go-digital, sebab semua usaha sudah mengarah ke channel ini. Ketiga, mampu mengubah mindset. Kegagalan menurutnya hal biasa dalam usaha. Oleh sebab itu, jangan mudah menyerah.

Pelaku UMKM sepatu kulit lain yang sukses mengekspor produknya hingga ke empat benua, yakni Asia, Australia, Eropa dan Amerika adalah Chavelier. Pendiri sekaligus Pemilik Brand Chevalier, Egar Putra Bahtera mengungkapkan tiga strategi utama memasarkan produknya hingga ke luar negeri, yakni dengan memperkuat riset, kualitas dan kolaborasi.

Pada awal berdiri di 2011 sepatunya sudah dibanderol di kisaran harga Rp 900 ribu sampai Rp 5 juta. Produk termahalnya ini berbahan kulit kuda yang diimpor dari Italia. Pesaingnya sendiri saat itu cukup banyak terutama dari brand besar.

"Sulit mengubah persepsi masyarakt untuk mau memakai sepatu berharga di atas Rp 1 juta. Tapi kami berhasil persepsi masyarakat, brand lokal punya kualitas baik, " kata Egar dari diskusi Festival Ide Bisnis yang diadakan Detik.com, Kamis (22/10).

Berkolaborasi dengan gerai retail, membuka jalan ekspor sepatu Chevalier. Egar mengatakan, pada 2012 pihaknya sempat berkolaborasi dengan The Goods Dept. untuk memajang dan menjual sepatu.

Tak lama berselang, datang tawaran dari seorang mitra untuk memasarkan produknya di Singapura. Lalu, pada 2013-2014, tawaran ekspor lintas benua juga datang dari Australia dan berlanjut ke Amerika Serikat (AS).

Pasar ini berhasil dirambah berkat pemasaran produk yang meluas dari sosial media, pameran fesyen serta tawaran kerja sama group buying AS dan Australia.

"Produk sepatu kami telah dikirim ke empat benua dengan beberapa kota seperti Tokyo, Seoul, Singapura, Amsterdam, Los Angles, New York, Seoul," katanya.

Selain Cavelier, saat ini Egar pun sukses mengembangkan empat brand lokal lainnya, yakni Cannes, Socia, Monoka, dan bisnis terbarunya di dunia interior, yaitu Etraworks.

Ekspor alas kaki dan sepatu sempat terganggu selama pandemi corona. Survei Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menunjukkan, permasalahan pasar ekspor industri alas kaki saat ini karena diterapkannya lockdown di sejumlah negara tujuan utama ekspor.

Sementara untuk industri orientasi pasar domestik, permasalahannya adalah sepi pemesanan. Hal tersebut lantaran buyer (pemilik merek lokal) membatalkan pemesanan dan meminta penundaan pengiriman karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSSB).

Sebagai informasi, survei ini dilakukan secara internal terhadap perusahaan yang tergabung sebagai anggota Aprisindo.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...