Cek Data: Benarkah Warga Yogyakarta Bahagia Walaupun Miskin?

Andrea Lidwina
28 Januari 2023, 07:30
Wisatawan menikmati suasana sore di Alun-alun Selatan, Yogyakarta, Selasa (20/12/2022). Pemerintah Kota Yogyakarta menargetkan kunjungan wisata hingga akhir tahun 2022 mencapai tujuh juta wisatawan.
ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.
Warga Yogyakarta sedang menikmati suasana sore di Alun-alun Selatan, Yogyakarta, Selasa (20/12/2022).
Made with Flourish

Kesehatan

Penduduk yang tidak menderita penyakit kronis tercatat memiliki kepuasan hidup lebih baik. Namun, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dirilis Kementerian Kesehatan pada 2018 menunjukkan prevalensi sejumlah penyakit kronis di Yogyakarta termasuk yang tertinggi secara nasional.

Misalnya, prevalensi kanker berdasarkan diagnosis dokter di Yogyakarta sebesar 4,86 per mil, jauh di atas provinsi-provinsi lain yang sekitar 1-2 per mil. Prevalensi diabetes melitus pada penduduk berusia 15 tahun ke atas di provinsi itu juga mencapai 3,1%, hanya kalah dari DKI Jakarta yang sebesar 3,4%.

Kemudian, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter untuk semua umur di Yogyakarta mencapai 2%, lebih tinggi dari prevalensi nasional yang sebesar 1,5%. Angka itu pun cuma lebih rendah dari Kalimantan Utara dengan 2,2%.

Pendapatan

BPS mencatat penduduk dengan pendapatan lebih tinggi umumnya punya Indeks Kebahagiaan lebih besar dibandingkan penduduk dengan pendapatan lebih rendah. Artinya, pendapatan penduduk bisa memengaruhi tingkat kebahagiaannya.

Jika melihat upah minimum provinsi (UMP) pada 2023, angkanya untuk Yogyakarta yang sebesar Rp 1.981.782 menjadi kedua terendah di Pulau Jawa. UMP Yogyakarta hanya lebih tinggi dari Jawa Tengah yang sebesar Rp 1.958.169. Padahal, nilai pengeluaran minimum atau garis kemiskinan Yogyakarta per September 2022, yakni Rp 551.342 per kapita/bulan, menempati posisi ketiga tertinggi di Pulau Jawa.

Karena itu, persentase pengeluaran terhadap pendapatan Yogyakarta menjadi yang tertinggi di Pulau Jawa, yakni 27,8%. Sementara, angkanya di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah ada di kisaran 24%. Persentase pengeluaran terhadap pendapatan Banten sebesar 22,5% dan DKI Jakarta 15,8%.

Sementara, kalau pendapatan rumah tangga hanya berasal dari satu anggota keluarga sebesar UMP Yogyakarta, nilainya tidak mampu mencukupi pengeluaran rumah tangga miskin setiap bulan. Data BPS menyebutkan garis kemiskinan setiap rumah tangga miskin Yogyakarta sebesar Rp 2.315.636 per bulan pada kuartal III-2022.

Sejumlah faktor dalam Indeks Kebahagiaan di Yogyakarta mencatatkan angka lebih buruk dari rata-rata nasional. Bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga pendidikan dan kesehatan. Meski pengaruh tiap faktor terhadap kebahagiaan seseorang tidak bisa diukur secara kuantitatif, klaim bahwa warga di provinsi ini “walau miskin, tetapi bahagia” pun tidak sepenuhnya terbukti.

Referensi

Badan Pusat Statistik. (2021). Indeks Kebahagiaan 2021. (Akses 26 Januari 2023)

Badan Pusat Statistik. (2023). Profil Kemiskinan di Indonesia September 2022. (Akses 26 Januari 2023)

Irawanto, D. W., Ramsey, P. L., & Ryan, J. C. (2011). “Challenge of leading in Javanese culture”. Asian Ethnicity, 12(2), 125-139. (Akses 26 Januari 2023)

Kementerian Kesehatan. (2018). Laporan Nasional Riskesdas 2018. (Akses 26 Januari 2023)

---------------

Jika Anda memiliki pertanyaan atau informasi yang ingin kami periksa datanya, sampaikan melalui email: [email protected].

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...