Pasar Ponsel Huawei Diprediksi Anjlok ke Peringkat 7 di Bawah Xiaomi
Lembaga riset TrendForce memperkirakan, pangsa pasar telepon seluler (smartphone) Huawei turun dari posisi ketiga menjadi ketujuh pada tahun ini karena sanksi Amerika Serikat (AS). Ini artinya raksasa teknologi Tiongkok itu diprediksi kalah dari Samsung, Apple, Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Realme.
“Keenam produsen ponsel itu diramal menguasai 80% pangsa pasar secara global pada 2021,” demikian isi laporan, dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Selasa (5/1).
Berdasarkan data Counterpoint, pangsa pasar smartphone Huawei masih 14% pada kuartal III 2020. Ini menurun dari 20% pada kuartal II.
Pada kuartal III 2020, Samsung menguasai pasar dengan 22%. Disusul oleh Huawei, Xiaomi, Apple, OPPO, Vivo, dan Realme. TrendForce memperkirakan produksi gawai Huawei turun dari 170 juta pada 2020 menjadi 45 juta tahun ini.
Penurunan produksi itu karena Huawei kesulitan mendapatkan bahan baku, salah satunya cip (chipset). Ini karena AS menambahkan 38 afiliasi semikonduktor Huawei ke dalam daftar hitam (blacklist) pada Agustus 2020, sehingga totalnya menjadi 152.
Akibat kebijakan itu, perusahaan semakin sulit mendapatkan pasokan perangkat. Perusahaan semikonduktor milik Huawei, HiSilicon pun menyetop memproduksi cip, termasuk prosesor andalannya Kirin sejak September lalu.
Ponsel Huawei pun tak lagi didukung sistem operasi atau OS Android milik Google per Agustus lalu. Alhasil, perangkat yang diluncurkan setelah pertengahan Mei 2019, tidak akan didukung oleh Google Mobile Services (GMS) seperti Gmail dan YouTube.
Selain itu, Huawei sudah menjual merek smartphone Honor. TrendForce menilai, Honor berperan penting bagi penjualan gawai Huawei, karena menyumbang 28%-38% dari total pengiriman selama paruh pertama tahun lalu.
Para analis juga memperkirakan bahwa pangsa pasar Huawei berkurang, dan direbut oleh pesaing. "Ini peluang. Samsung diperkirakan bersiap secara gesit untuk meningkatkan pengiriman smartphone,” kata analis Eugene Investment and Securities Roh Kyoung-Tak dikutip dari Korea Times, awal bulan lalu (7/12/2020).
Samsung berencana meningkatkan produksi 17% menjadi sekitar 310 juta pada 2021. Selain itu, memperluas perakitan modul kamera smartphone dengan mengambil alih sebagian besar proses perakitan.
Langkah itu akan menghemat biaya perakitan yang dibayarkan ke pemasok. Dengan begitu, Samsung bisa mengurangi harga ponsel secara keseluruhan dan akan bersaing dengan Xiaomi untuk merebut pasar segmen menengah ke bawah yang ditinggal oleh Huawei.
Meski begitu, Samsung dikabarkan tetap akan mempertahankan segmen menengah ke atas dengan meluncurkan seri Galaxy S pada awal Januari 2021. Perusahaan ini juga diprediksi meningkatkan volume penjualan ponsel lipat seperti Galaxy Z Fold dan Z Flip pada tahun depan.
Xiaomi juga meningkatkan kapasitas produksi pabrik pada tahun depan. Dikutip dari Nikkei Asia Review, produsen asal Tiongkok ini memesan komponen dan suku cadang hingga 240 juta unit.
Kepada pemasok, perusahaan mengatakan bahwa target meningkat pada tahun depan. Perusahaan menargetkan bisa mendistribusikan 300 juta unit.
Apabila target itu tercapai, Xiaomi berpeluang mengalahkan Huawei, setelah melampaui Apple pada kuartal III. "Xiaomi menetapkan tujuan yang jauh lebih agresif untuk pemasok, karena berencana memperluas pasar sebelum pesaing lain menyusul," kata sumber yang mengetahui rencana itu, dikutip dari Nikkei Asia Review, awal bulan lalu (2/12/2020).
Selain ity, TrendForce memprediksi pangsa pasar solusi jaringan internet generasi kelima alias 5G Huawei secara global melorot dari 30% tahun lalu menjadi hanya 8% pada 2021. Ini juga karena AS.
Presiden AS Donald Trump memengaruhi negara lain di Eropa seperti Jerman, Italia dan Prancis, untuk tidak memakai jasa 5G Huawei. Inggris juga memutuskan untuk tidak menggunakan solusi 5G perusahaan asal Tiongkok itu.