East Ventures Suntik Startup Fashion Berbasis Teknologi 3D, Kasual

Desy Setyowati
9 November 2021, 14:36
east ventures, pendanaan, startup, fashion, kasual
East Ventures
Co-Founder sekaligus CEO Kasual Alam Akbar

East Ventures menyuntik modal startup direct to consumer (DTC) di bidang busana (fashion), Kasual. Perusahaan rintisan ini akan menggunakan teknologi 3D atau tiga dimensi yang memungkinkan pengguna menyesuaikan ukuran pakaian secara virtual.

Pendanaan tahap awal (seed funding) tersebut diikuti oleh investor lain. Namun rincian penanam modal dan nilainya tidak disebutkan.

Co-Founder sekaligus CEO Kasual Alam Akbar menyampaikan, dana segar itu akan digunakan untuk membangun tim baru. Selain itu, meningkatkan kapabilitas teknologi dan pabrik guna meningkatkan pengalaman online  bagi pengguna.

“Kami juga ingin memperluas ekspansi operasional perusahaan ke Solo, Jawa Tengah,” kata Alam dalam keterangan resmi, Selasa (9/11). “Serta mengeluarkan lebih banyak kategori produk dan inisiatif marketing.”

Kasual juga akan menggunakan teknologi baru seperti augmented reality (AR) untuk membuat pengukuran tubuh secara 3D. Ia mengklaim, penggunaan teknologi ini akan menjadi yang pertama di Indonesia.

Solusi pengukuran tubuh berbasis teknologi 3D akan diperkenalkan dalam acara tahunan Kasual, Custom Week 2021 pada 17-19 Desember di Jakarta. Pengunjung dapat melakukan pesanan busana kustomisasi secara instan dan akurat menggunakan pemindai tubuh elektronik.

Kasual mengklaim menjadi pelopor instant commerce untuk pakaian sehari-hari. Awalnya, startup ini berfokus pada celana pria.

Alam mendirikan Kasual pada 2017. Sebelumnya ia menjabat anggota tim Business Development di Xendit.

Ia membangun Kasual setelah menemukan beberapa masalah di industri fashion di Indonesia. Menurutnya, sektor ini kurang akomodatif dalam menyesuaikan produk dengan preferensi pelanggan, terutama dalam hal ukuran.

Pergi ke tukang jahit di tengah pandemi Covid-19 juga dinilai sangat merepotkan dan berisiko. Di samping itu, biayanya mahal.

Walaupun tidak semua penjual ritel seperti itu. Namun Alam menilai, seringkali mereka hanya menjual produk pada gaya terbatas dan hanya tersedia di pusat perbelanjaan tertentu.

“Kami juga menyadari bahwa tren e-commerce  menjamur dengan sangat cepat dan membantu pelanggan belanja dengan nyaman dari rumah, sehingga mereka menuntut produsen atau penjual yang bisa menyediakan barang kebutuhan sehari-hari, khususnya celana,” kata Alam.

Di satu sisi, brand lokal dinilai masih mengabaikan teknologi yang sebenarnya bisa menjadi aspek vital dalam produksi fashion. “Saat ini pelanggan belum memiliki platform yang dapat diandalkan untuk mendapatkan produk fashion yang dipersonalisasi secara instan,” ujar dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...