Mengenal ‘Ratu Kripto’, Tipu Investor di Puluhan Negara dan Diburu FBI
Ruja Ignatova viral karena menjadi satu-satunya wanita dari 10 daftar buruan Biro Investigasi Federal (FBI). Wanita ini dijuluki sebagai ratu kripto karena meraup dana 4 miliar euro atau Rp 59 triliun berkat platform kripto dengan skema ponzi buatannya, OneCoin.
Ignatova lahir di Bulgaria pada 1980. Ia bermigrasi ke Jerman bersama keluarganya ketika berusia 10 tahun.
Ia memperoleh gelar PhD bidang hukum internasional swasta dari Constance University pada 2005. Dia tercatat pernah bekerja di McKinsey & Company.
Ignatova juga sempat berinvestasi di salon kecantikan Asdin Ran The Hall of Waria Ursula.
Kisahnya di dunia kripto berawal pada 2014. Kala itu ia mengembangkan mata uang kripto bernama OneCoin. Ia mengembangkan OneCoin untuk menyaingi cryptocurrency terbesar di dunia, bitcoin.
Ia meluncurkan OneCoin dengan menggelar beragam pesta mewah di berbagai negara. Dengan berpakaian ball gown dan perhiasan berlian, Ignatova berhasil meyakinkan para investor bahwa kripto yang ia ciptakan akan mengalahkan bitcoin.
Dalam dua tahun, ia memiliki lebih dari tiga juta anggota di seluruh dunia. Banyak yang sudah berinvestasi, bahkan warga Inggris mengeluarkan sekitar 30 juta euro atau Rp 449 miliar untuk OneCoin.
Sejak Agustus 2014 hingga Maret 2017, lebih dari Rp 59 triliun investor mengeluarkan uang untuk OneCoin. Investor OneCoin ada di puluhan negara, seperti Pakistan, Brasil, Hong Kong, Norwegia, Kanada, Yaman hingga Palestina.
Uang tersebut pun raib. FBI menuduh bahwa Ignatova melakukan skema ponzi dan menipu investor.
FBI mengatakan bahwa Ignatova menawarkan komisi menarik kepada investor, jika mereka dapat menjual uang digital ini kepada lebih banyak orang. Ignatova juga disebut membuat pernyataan dan representasi palsu kepada investor.
"Dia diduga menginstruksikan korban untuk mengirimkan dana investasi ke akun OneCoin dengan alasan membeli paket. Ini menyebabkan korban mentransfer uang yang mewakili investasinya," kata FBI dikutip dari The Star, Senin (12/7).
Seorang agen FBI mengatakan bahwa OneCoin tidak lagi berharga dan tidak pernah dilindungi oleh teknologi blockchain. Ini berbeda dengan kripto lainnya.
Korban skema ponzi OneCoin Jen McAdam mengatakan bahwa dia, teman-teman, serta keluarganya telah membuang seperempat juta euro untuk ikut berinvestasi di OneCoin.
McAdam mengaku tertarik membeli OneCoin setelah seorang teman memberitahunya peluang investasi potensial. Ia kemudian mengeklik tautan dan bergabung dengan webinar OneCoin.
Dia mendengarkan dengan saksama dan antusias orang-orang yang berbicara dalam webinar selama satu jam. McAdam pun berinvestasi di OneCoin.
"Semuanya sangat bersemangat, penuh gairah," kata McAdam dikutip dari BBC Internasional dua pekan lalu (1/7). McAdam mengatakan butuh waktu berbulan-bulan untuk menyadari bahwa itu semua hanyalah penipuan.
Atas penipuan itu, FBI menambahkan Ignatova ke dalam daftar buronan yang paling dicari. FBI mengumumkan pencarian Ignatova dan menawarkan hadiah US$ 100 ribu atau Rp 1,4 miliar untuk setiap informasi yang mengarah pada penangkapan Ignatova.
Pada 2010, Ignatova didakwa dengan delapan tuduhan termasuk penipuan sekuritas.
Sayangnya, Ignatova menghilang dan tidak diketahui jejaknya. Ignatova terakhir terlihat naik pesawat dari Bulgaria ke Yunani pada 2017 dan menghilang sejak saat itu.
Agen FBI percaya Ignatova bepergian dengan penjaga bersenjata atau rekanan.
Akibat aksi penipuan besarnya itu, Ignatova dijuluki ratu kripto. Ceritanya bahkan dikabarkan akan diangkat dalam serial dokumenter di Inggris dengan judul 'Crypto Queen'.