Kominfo Disebut Bodoh, Hacker AS dan Eropa: Keamanan Siber RI Lemah

Desy Setyowati
8 September 2022, 16:34
kominfo, hacker, bjorka, data bocor
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Ilustrasi kebocoran data

Peretas (hacker) Bjorka menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bodoh terkait dugaan kebocoran 1,3 miliar data SIM card ponsel. Hacker asal Eropa dan Amerika Serikat (AS) pun menilai bahwa keamanan siber Indonesia lemah.

“Keamanan siber Indonesia sangat buruk, saya pikir itu dijalankan oleh anak-anak berusia 14 tahun,” kata Xerxes (nama samaran), salah satu peretas yang mengaku berasal dari Eropa dikutip dari The Star, akhir pekan lalu (3/9).

Xerxes disebut-sebut berusia 21 tahun. Dia mengaku telah memecahkan keamanan platform e-commerce dengan model Business to Business (B2B) yang tidak disebutkan namanya.

Dia juga mengklaim bahwa dirinya meretas beberapa perusahaan Indonesia pada Desember 2021. Ia juga menemukan kerentanan pada sejumlah korporasi Tanah Air secara tidak sengaja, sehingga mendapatkan akses langsung ke Structured Query Language (SQL) situs.

 “Motivasi saya adalah uang, tentu saja. Ini bukan satu-satunya pekerjaan yang saya lakukan, tetapi saya menyukai pekerjaan ini, ini adalah hobi bagi saya,” kata Xerxes.

“Saya biasanya hanya menjual data Indonesia dan negara-negara tier dua dan tiga. Orang-orang yang membeli sering menggunakannya untuk menipu orang-orang yang terlibat dalam kebocoran,” tambah dia.

Sedangkan Bjorka menjual 1,3 miliar data SIM Card ponsel Indonesia. Dia melampirkan dua juta sampel di forum Breached.to.

Selain itu, Bjorka menyebut bahwa dirinya memiliki 26.730.797 data histori pencarian (browsing) pelanggan IndiHome. Data ini termasuk di antaranya Nomor Induk Kependudukan (NIK), email, nomor ponsel, kata kunci, domain, platform, dan URL.

Data yang dijual di breached.to tersebut diklaim berasal dari periode Agustus 2018 hingga November 2019.

Yang terbaru, Bjorka menjual 105 juta data diduga milik warga negara Indonesia. Data yang dijual berasal dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau terkait pemilu.

Data tersebut diunggah di situs Breached.to. “Data ini dicuri pada September dan dijual US$ 5.000,” demikian dikutip dari Breached.to, Rabu (7/9).

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...