Rusia Serang Ukraina, Rupiah Diramal Anjlok Rp 14.455 per US$ Hari Ini
Nilai tukar rupiah dibuka menguat tipis lima poin menjadi Rp 14.386 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pasar spot pagi ini. Rupiah diramal berbalik melemah karena sentimen serangan Rusia ke Ukraina.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah melanjutkan penguatan ke Rp 14.373 pada Pukul 09.20 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.391 per dolar AS.
Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Penguatan juga dialami oleh yen Jepang 0,14%, dolar Singapura 0,04%, yuan Cina 0,15%, bath Thailand 0,21% dan ringgit Malaysia 0,1%.
Sebaliknya, rupee India anjlok 1,46%, dolar Taiwan 0,1%, won Korea Selatan 0,03% dan peso Filipina 0,46%. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan, rupiah melemah ke rentang Rp 14.375 - Rp 14.455 per dolar AS hari ini. Pelemahan rupiah masih dibayangi oleh konflik di Rusia dan Ukraina.
"Sentimen negatif konflik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan persepsi investor terus memburuk," kata Rully kepada Katadata.co.id, Jumat (25/2).
Konflik Rusia dan Ukraina memuncak terutama sejak awal pekan ini, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengeluarkan dekrit yang mengakui kedaulatan dua wilayah di Ukraina Timur. Kremlin kemudian memerintahkan pasukan militer menyerang wilayah tersebut.
Dalam laporan Kamis, ketegangan terjadi di beberapa kota di Ukraina. Beberapa kali terdengar adanya ledakan.
Negara barat sekutu Ukraina yang tergabung dalam NATO kemudian mengeluarkan kecaman atas serangan tersebut. Ini berujung pada pemberian sejumlah sanksi ke Rusia.
Selain itu, Rully mengatakan sentimen koreksi ke rupiah hari ini mulai terlihat dari menguatnya indeks dolar AS. "Tekanan terhadap rupiah kemungkinan akan meningkat pada perdagangan akhir pekan ini karena kenaikan indeks dolar AS yang mencapai 97,74," ujarnya.
Dari dalam negeri, derasnya arus modal asing ke pasar keuangan Indonesia beberapa waktu terakhir menjadi sinyal positif bagi rupiah. Kendati demikian, menurutnya sentimen ini belum berhasil menahan efek pelemahan dari global.
Berbeda dengan Rully, analis pasar uang Ariston Tjendra optimistis rupiah bergerak menguat di rentang Rp 14.330 - Rp 14.350. Namun dengan potensi resistance di kisaran Rp 14.400.
"Kelihatannya pasar optimistis perang besar tidak akan terjadi," kata dia kepada Katadata.co.id.
Hal itu terlihat dari sikap Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Eropa yang kelihatannya tidak akan mengambil jalan konfrontasi militer menanggapi invasi Rusia ke Ukraina.
Mereka tampaknya lebih memilih pemberian sanksi ekonomi dan jalur diplomasi untuk mengakhiri ketegangan.
Namun demikian, menurutnya situasi sangat dinamis. Para pelaku pasar tetap mewaspadai setiap perkembangan dari krisis di Ukraina.
"Apabila terdapat balasan militer dari NATO akan berdampak negatif ke pasar keuangan, dan sebaliknya, usaha diplomasi akan positif untuk pasar keuangan," kata Ariston.
Dari dalam negeri, menurutnya pasar masih optimistis dengan potensi pemulihan ekonomi di Indonesia sekalipun Covid-19 meninggi. Adanya rencana pemerintah untuk mulai mengurangi masa karantina bagi pelaku perjalan luar negeri (PPLN) juga memberi sinyal positif ke rupiah.