Strategi Bukalapak Kejar Profit: Sasar Kota Tier 2 hingga Superapp
Perusahaan e-commerce, Bukalapak berfokus menyasar kota-kota di level atau tier dua untuk mengejar profit. Unicorn ini juga mengembangkan beragam layanan, yang konsepnya mirip aplikasi super (superapp).
Kota tingkat dua yang diincar seperti Yogyakarta, Manado, Solo, Palembang, dan Pekanbaru. "Fokus kami selalu pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta kota-kota tier dua," kata CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin dikutip dari Tech In Asia, kemarin (21/10).
Strategi itu merupakan fokus Bukalapak sejak awal, karena e-commerce mendominasi kota metropolitan. "Kami memberi kesempatan UMKM di tier dua untuk bersaing. Ini isu yang kami lihat dan terus cari solusinya," kata dia. "Sejauh ini, kami berada di jalur yang benar."
Presiden Bukalapak Teddy Oetomo menyampaikan, penggunaan e-commerce memang meningkat selama pandemi corona. Ini tecermin pada Databoks di bawah ini:
Namun, penetrasi e-commerce di luar kota metropolitan masih rendah. "Hanya 5% penetrasi di kota-kota luar tier satu. Padahal, kalau dipikir lagi, yang membutuhkan di luar wilayah itu," kata Teddy saat konferensi pers virtual, September (11/9) lalu.
Oleh karena itu, perusahaan menilai bahwa potensi pasar kota tier dua sangat besar. Sejauh ini, hampir 70% bisnis Bukalapak dijalankan di luar kota tier satu. "Kami bertahun-tahun membangun mitra di kota ini (luar tier satu). Mayoritas pengguna juga di sana," ujarnya.
Selain itu, Bukalapak berfokus menyediakan beragam layanan. Perusahaan meluncurkan unit bisnis yang bergerak sebagai penyelenggara teknologi finansial (fintech) dan APERD, Buka Investasi Bersama (BIB) pada awal Oktober lalu (5/10).
Bukalapak juga menyediakan layanan agregator pengiriman barang yang diberi nama BukaSend. Lalu, menggandeng startup Justika untuk menyediakan layanan konsultasi hukum hingga pendampingan.
Unicorn Tanah Air itu juga meluncurkan fitur pencarian hunian yang diberi nama BukaRumah. Selain itu, menggaet HappyFresh untuk menyediakan bahan pokok melalui fitur Groceries.
Yang terbaru, menyediakan program turnamen gim melalui kemitraan dengan Maingame.com.
Setidaknya ada tujuh layanan vertikal baru Bukalapak yakni investasi melalui BIB, konsultasi hukum, agregator logistik, pengadaan barang dan jasa, properti, lakupandai, dan turnamin game online.
Selain itu, satu layanan horizontal yakni bahan pokok. Konsep seperti ini dinilai sebagai superapp.
Dengan cara itu, perusahaan optimistis bisa meraup profit dan tidak lagi berfokus pada strategi 'bakar uang'. Teddy mengatakan, bisnis perusahaan tetap tumbuh meski tak lagi gencar berpromosi.
"Kami mengurangi bakar uang masif, dan pangsa pasar relatif stabil," ujar dia. Bahkan, perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebelum bunga, pajak, dan amortisasi (EBITDA) sebesar 60% pada kuartal II tahun ini dibandingkan akhir 2018.
Perusahaan juga tidak ‘ngoyo’ mengejar tingkat kunjungan ke platform. Bukalapak justru berfokus memaksimalkan inovasi produk yang menyasar sektor UMKM, khususnya warung.
Berdasarkan situs iPrice, kunjungan ke situs Bukalapak turun dari 37,6 juta per bulan pada kuartal I menjadi 35,2 juta kuartal II. E-commerce ini pun menempati urutan ketiga di bawah Shopee dan Tokopedia.
Apalagi, Bukalapak juga berencana mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di bursa saham. Dengan IPO, perusahaan juga bisa mendapatkan akses pasar potensial.
Bukalapak juga bakal berfokus pada segmen warung dalam lima tahun ke depan. Segmen ini dinilai potensial, karena berkontribusi 65-70% terhadap transaksi retail nasional berdasarkan riset CLSA.
Hingga kini perusahaan telah menggaet dua juta mitra warung dan tiga juta agen yang disebut Mitra Bukalapak.