Bukalapak, TransMart, Grab Rambah Bisnis E-Commerce Kilat
Bukalapak, PT Trans Retail Indonesia (Transmart), dan Grab ikut merambah layanan belanja kilat atau quick commerce. Binis ini dianggap mempunyai potensial, karena kebiasaan berbelanja masyarakat berubah selama pandemi corona.
Transmart dari CT Group, Bukalapak, dan Growtheum Capital Partners meluncurkan platform belanja kebutuhan sehari-hari secara online bernama AlloFresh pada Senin (28/2).
Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk Willix Halim mengatakan, AlloFresh bertujuan menghadirkan pengalaman belanja modern bagi masyarakat Indonesia. Layanan ini diharapkan semakin meningkatkan kepemimpinan Bukalapak di sektor online to offline (O2O).
Selain itu, memperluas titik kontak bagi pelanggan dan memperlebar jangkauan Bukalapak ke ekosistem ritel sebagai bagian ekspansi dari platform umum ke khusus.
“Kami antusias bekerja sama dengan Trans Retail Indonesia dan Growtheum untuk menyediakan layanan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia," kata Willix dalam siaran pers, hari ini (1/3).
Chairman CT Corp Chairul Tanjung mengklaim, Trans Ritel Indonesia selalu memberikan harga terbaik dan pengalaman berkualitas kepada pelanggan. "Kami terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan dan menjadi yang terdepan dalam menyediakan pengalaman omni-channel,” ujar dia.
AlloFresh akan memulai bisnis dengan pendanaan awal Rp 1 triliun. Platform e-commerce kilat ini menawarkan lebih dari 150 ribu stock keeping unit (SKU) dari sekitar 10.000 pemasok.
Platform itu menawarkan layanan pengiriman cepat dalam waktu tiga jam, serta opsi pengantaran 30 menit di seluruh Indonesia.
AlloFresh menggabungkan kemampuan Trans Retail Indonesia dan Bukalapak. Trans Retail Indonesia mempunyai jaringan pemasok dan produsen. Sedangkan Bukalapak mengandalkan teknologi.
Selain Bukalapak dan Transmart, Grab merambah pasar quick commerce melalui GrabMart Kilat. Ini hadir dalam bentuk fitur di aplikasi yang menyediakan layanan pengiriman kebutuhan bahan pokok 30 menit.
"Sampai dalam 30 menit dan hemat Rp 30 ribu," demikian dikutip dari aplikasi. Namun, layanan tersebut terbatas di sejumlah wilayah Jakarta.
Dikutip dari Statista, quick commerce merupakan istilah yang menggambarkan bentuk e-commerce dengan pengiriman pesanan dalam jumlah kecil namun cepat.
Produk di platform quick commerce biasanya harus cepat diantar, seperti bahan makanan segar atau produk-produk rumah tangga.
VP of Investment East Ventures Devina Halim memperkirakan, bisnis quick commerce akan bertumbuh dan memiliki peluang besar di pasar. “Utamanya, mengingat besarnya pasar bahan makanan yang belum tergarap di Indonesia," kata Devina dalam siaran pers, bulan lalu (8/2).
Sebelumnya, Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan mengatakan, sektor e-commerce memang menawarkan variasi layanan. Alhasil, akan ada banyak inovasi baru untuk mengisi ceruk kebutuhan pasar.
"Layanan instan seperti quick commerce menjadi salah satu inovasi layanan e-commerce. Dia meraup pasar kebutuhan pokok dengan banyak mengirimkan produk segar," kata Edward kepada Katadata.co.id.
SurveySensum juga memprediksi bahwa layanan e-commerce kilat menjadi tren tahun ini. Prediksi itu tertuang dalam laporan bertajuk ‘Tren E-commerce 2022 di Indonesia’.
Riset itu berdasarkan survei kepada 1.000 responden bulan lalu dan membandingkannya dengan data 2021.
Quantitative Research Manager NeuroSensum Indonesia Oscar Simamora mengatakan, survei tersebut menunjukkan bahwa e-commerce akan mengandalkan layanan pengiriman kilat. Alasannya, permintaan melonjak sejak tahun lalu.
"Ini konsumen secara produk mereka menginginkan layanan cepat," kata Oscar dalam konferensi pers virtual, bulan lalu (10/2).
SurveySensum mencatat, pencarian untuk belanja cepat atau quick commerce meningkat 42% tahun lalu.