Penyebab Harga Barang di E-Commerce dan Social Commerce Murah

Lenny Septiani
25 September 2023, 14:38
Bukalapak, Lazada, TikTok, Tokopedia, Shopee, e-commerce,
Katadata/Desy Setyowati
Bukalapak, Lazada, TikTok, Tokopedia, Shopee

Pedagang mengeluhkan murahnya harga barang di e-commerce dan social commerce, sehingga sulit bersaing. Peneliti dan pemerintah pun mengungkapkan penyebabnya.

Pemilik toko Vania di Tanah Abang mengatakan, dirinya berjualan online sejak dua bulan lalu. Ia pun menyewa toko khusus jualan online di Pusat Grosir Central Tanah Abang.

“Berjualan di TikTok Shop ramai,” kata pemilik toko Vania kepada Katadata.co.id, pekan lalu (19/9). Oleh karena itu, ia tak sepakat jika pemerintah ingin memblokir TikTok Shop.

Namun ia berharap pemerintah mengatur e-commerce dan social commerce supaya persaingan bisnis lebih adil, terutama terkait harga produk.

“Seharusnya diperketat saja aturannya. Jangan menjual harga barang murah,” kata dia.

Penyebab Harga di Shopee hingga TikTok Murah

Katadata.co.id mencari produk dengan kata kunci atau keyword Indomie di TikTok Shop pada Pukul 14.00 WIB, Senin (25/9). Harga termurah Rp 100. Namun begitu dibuka, harga Rp 100 tidak tersedia.

Meski begitu, harga termurah Rp 2.000 per mi. Ini tetap lebih murah ketimbang membeli secara offline sekitar Rp 2.500 – Rp 3.000 per mi.

Di Shopee, harga termurah yakni Rp 2.100 per mi. Lalu di Tokopedia Rp 2.870 dan Lazada Rp 1.474 per mi.

Konsumen bisa mendapatkan harga lebih murah jika membeli dalam jumlah lebih banyak ataupun saat periode diskon.

Peneliti Institute for Development of Economic Studies atau INDEF Nailul Huda mengatakan promosi memang membuat harga barang yang dibeli di e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, Lazada maupun social commerce TikTok, lebih murah ketimbang membeli langsung.

“Saya rasa TikTok tengah ‘bakar uang’ untuk menggaet konsumen,” kata Nailul kepada Katadata.co.id, Senin (25/9). “Siapa yang memberikan promosi lebih besar, maka akan dipilih oleh masyarakat.” 

Rincian faktor yang membuat harga produk di e-commerce dan social commerce lebih murah yakni:

  • Diskon dari perusahaan
  • Biaya distribusi barang lebih murah
  • Produsen menjual langsung barangnya ke konsumen secara online. Alhasil, lebih murah dibandingkan yang dijual oleh reseller.

Ia juga menyampaikan, ada beberapa hal yang membuat live streaming pedagang Tanah Abang di platform e-commerce dan social commerce sepi penonton, yakni:

  • Penjual Tanah Abang merupakan reseller, yang mencari untung dengan mengenakan harga lebih tinggi ketimbang tingkat produsen. Sementara produsen juga melakukan live streaming, dengan harga lebih murah ketimbang reseller.
  • Reseller yang menjual produk impor dari Cina relatif banyak di platform e-commerce dan social commerce. Harga yang dijual lebih murah.

Oleh karena itu, menurutnya pemerintah perlu mengatur masuknya barang impor. Selain itu, bisa meniru cara India mengatur produsen yang ingin berjualan langsung di platform e-commerce dan social commerce.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Celios Bhima Yudhistira. Ia memerinci penyebab harga produk di e-commerce dan social commerce lebih murah ketimbang toko offline, di antaranya:

1. Platform memberikan promosi dan diskon

“Bahkan ada penjual sandal diberi diskon 90% terutama untuk menarik pelanggan baru. Ini kasus platform bakar uang,” kata Bhima kepada Katadata.co.id, Senin (25/9).

Halaman:
Reporter: Lenny Septiani, Desy Setyowati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...