Ekonomi Global Lesu, Minat Adopsi Teknologi Tetap Tinggi
Mereka menyadari bahwa kapabilitas analisisnya belum menyamai pesatnya perkembangan volume data yang berlipat kali ganda selama satu dekade terakhir. Sebanyak 54% mengatakan, penyebab utamanya adalah kekurangan tenaga analisis.
Lalu, 51% responden menilai data yang terstruktur bersifat silo atau berbeda-beda. Sementara 50% responden lainnya menilai keandalan data yang tersedia buruk.
Untuk itu, 46% responden bakal mengadakan pelatihan ulang (retraining) dan peningkatan keterampilan (upskilling) secara signifikan. Sementara 17% responden akan membentuk pipeline yang kuat, langsung dari tahap pendidikan.
"Perubahan teknologi terus menimbulkan disrupsi pada dunia bisnis, orang-orang dengan keterampilan data dan digital yang kuat semakin banyak dicari dan semakin sulit ditemukan,” Global Chairman PwC Bob Moritz.
(Baca: Tahun Politik, Investor Digital Asing Diprediksi Bakal Wait and See)
Secara umum, survei PwC menunjukkan penurunan optimisme CEO paling drastis terjadi di Amerika Utara, yakni dari 63% pada 2018 menjadi 37% di 2019. Hal ini ditengarai oleh memudarnya stimulus
fiskal dan meningkatnya ketegangan perdagangan. Begitu pun dengan AS, optimisme CEO nya turun dari 46% menjadi 27% di 2019.
Lalu, optimisme CEO di Timur Tengah juga turun dari 52% menjadi 28%. Sebab, mereka khawatir terkait ketidakpastian ekonomi regional. Bahkan, optimisme CEO di Tiongkok turun dari 33% menjadi 24% di awal 2019. "Pandangan para CEO tentang perekonomian global mencerminkan prospek ekonomi di negara-negara besar, yang sedang mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi mereka di 2019," ujar Bob.
Untuk jangka pendek, hanya 35% CEO yang optimistis terhadap prospek pertumbuhan perusahaannya di 2019. Jumlah itu menurun dibanding 2018 yang mencapai 42% responden. Di Tiongkok misalnya, optimisme CEO untuk jangka pendek turun dari 40% menjadi 35%.
Untuk menggenjot pemasukan tahun ini,77% CEO berencana mengandalkan efisiensi operasional dan 71% fokus pada pertumbuhan organik. Adapun survei ini diluncurkan dalam acara World Economic Forum Annual Meeting di Davos, Swiss, pada 22-25 Januari 2019.
(Baca: Permintaan Tinggi, Alibaba Cloud Bangun Pusat Data Kedua di Indonesia)