Amartha, Spesialis Pemberi Kredit Mikro bagi Perempuan

Desy Setyowati
26 Mei 2018, 07:00
Amartha
Katadata/Desy Setyowati
Dari kiri: Peminjam Amartha, Ratna Nurhayati; CEO and Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra; Kepala Perizinan dan Pengawasan Fintech Direktorat Kelembagaan dan Produk Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Alvin Taulu; Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (INDEF) Bhima Yudistira dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (22/5).

Grafik: Penduduk Dewasa yang Memiliki Akses Perbankan (2014)
Penduduk Dewasa yang Memiliki Akses Perbankan (2014)

Sebagian besar peminjam menggunakan dana Amartha untuk modal warung kelontong. Lalu sebagian lagi mencoba peruntungan dengan berdagang perabotan rumah tangga atau bertani. Ada juga yang menggunakan modal tersebut untuk berjualan sayur keliling dan membuka warung makanan.

Andi mengklaim perusahaannya memberikan dampak sosial yang tinggi, terbukti dari Social Return on Investment (SROI) yang mencapai 98% per tahun. Jumlah tersebut melampaui rata-rata SROI dunia yang sebesar 72,5%. "Artinya, setiap Rp 3 juta pinjaman yang diberikan Amartha akan menciptakan dampak sosial Rp 5,94 juta," kata dia.

Hasil analisa SROI ini adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara biaya investasi dengan dampak yang dihasilkan. Dampak sosial itu bisa berupa kepemilikan aset yang meningkat, pendidikan anak dan kesehatan keluarga yang membaik, dan lain sebagainya. "34% peminjam kini berpenghasilan lebih dari Rp 5 juta per bulan," ujar dia.

Adapun bunga yang ditawarkan Amartha kepada peminjam sekitar 10-12% per tahun, yang disesuaikan dengan profil risiko peminjam. Sedangkan kepada pemberi pinjaman atau lender, Amartha menjanjikan imbal hasil 15% per tahun serta cashflow mingguan, meski ada fee sebesar 3-5% yang dipungut dari mereka.

(Baca juga: Dianggap Rentenir oleh OJK, Fintech Jelaskan Perhitungan Bunga)

Rudy, salah satu pemberi pinjaman menuturkan, Amartha memiliki skema tanggung renteng pada kelompok peminjam sehingga risikonya kecil. Sebab, jika salah satu peminjam tak mampu membayar, kelompoknya akan menalangi. "Di Amartha, return-nya lebih baik sekaligus bisa membantu orang," ujar Pria yang bekerja sebagai pegawai swasta ini.

Tak hanya didukung kreditor perseorangan seperti Rudy, salah satu investor Amartha adalah PT Mandiri Capital Indonesia (MCI). Anak usaha PT Bank Mandiri Tbk tersebut menyuntikan dana antara US$ 2 - 5 juta pada pertengahan tahun lalu. Dalam pendanaan ini, Mandiri Capital didukung beberapa investor lainnya, seperti Lynx Asia Partners, Beenext, dan Mid Plaza Holding.

Direktur Utama MCI Eddi Danusaputro menjelaskan, alasan instansinya investasi di Amartha karena Bank Mandiri tidak terlalu kuat pada segmen pembiayaan mikro. Sementara ia melihat Amartha cukup mumpuni di bidang itu. "Model bisnis dan risk software psychometric analysis Amartha itu bisa kami bawa sebagai inovasi ke dalam Bank Mandiri," ujarnya dalam wawancara khusus dengan Katadata, beberapa waktu lalu.

(Baca juga: Tidak Semua Fintech Akan Bertahan)

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...