iFlix & Hooq Goyah saat Bisnis Video Streaming Panen Trafik, Mengapa?

Image title
17 April 2020, 21:34
Ilustrasi platform iFlix
Google Play Store
Ilustrasi platform iFlix

Ketua Asosiasi Modal Ventura Indonesia, Jefri R Sirait menilai kondisi yang menimpa iFlix dan Hooq bukan satu anomali. Sebab menurutnya, peningkatan jumlah trafik dengan stabilitas keuangan perusahaan adalah dua hal yang berlainan meskipun tetap memiliki keterkaitan.

Dalam melihat kondisi keuangan sebuah startup, kata Jefri, mesti mengetahui rincian pendapatannya. “Harus tahu dulu revenue yang paling besar dari mana,” kata Jefri kepada Katadata.co.id, Jumat (17/4).

Setelah itu, menurut Jefri, penting melihat sumber pendanaan startup tersebut. Jika berasal dari investor menurutnya akan lebih jelas. Namun, jika berasal dari pinjaman akan menyusahkan karena memiliki jatuh tempo.

“Kalau dia punya utang jatuh tempo dia harus mengeluarkan cash yang besar. Apakah dia punya cash?”, kata Jefri.

Dalam konteks iFlix, Jefri mengatakan efisiensi pegawai menjadi langkah paling rasional di saat perusahaan mempunyai pinjaman yang telah jatuh tempo. Sebab, barangkali menurutnya iFlix tak memiliki uang tunai dalam jumlah besar untuk menutup itu dan peningkatan pendapatan dari trafik tak berkontribusi banyak.

Variety pada 5 April melaporkan iFllix telah memasuki masa tenggat pembayaran utang begitupun sulit melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di Australian Securities Exchange. Maka, perusahaan meminta para pemegang saham untuk menyediakan modal tambahan. iFlix pun menyampaikan bahwa Catcha Group akan memasang modal minimal US$ 2 juta.

Dealstreet Asia pun melaporkan bahwa iFlix kemungkinan akan dipaksa menebuh lebih dari US$ 47,5 juta atau Rp 747 miliar utang konversi bila tak segera melakukan IPO pada 31 Juli 2020. Hal ini diketahui dari dokumen yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Investasi Australia pada September 2019.

“Dia harus IPO sekarang tidak waktunya. Karena capital market tidak bagus. Bukan hanya di Australia, di seluruh dunia juga sedang tidak bagus karena corona,” kata Jefri.

(Baca: Hooq Berencana Likuidasi Karena Belum Profit, Layanan Tetap Jalan)

Selanjutnya, Jefri menyoroti perkara strategi penjualan. Menurutnya, kompetitor iFlix dan Hooq saat ini melakukan promosi yang lebih memancing. Ia mencontohkan Netflix yang di luar negeri memberikan layanan premium gratis untuk menarik pengguna dan ditopang dengan konten-konten lebih eksklusif.

“Jadi memang harus mengupayakan strategi yang lebih baik dari kompetitor,” kata Jefri.   

Meskipun begitu, Jefri mengatakan startup VoD masih tetap bisa bertahan selama pandemi dengan syarat tetap menunggu dan tak mengambil langkah gegabah. Termasuk dengan melakukan efisiensi. Hal ini menurutnya setidaknya dilakukan sampai kuartal pertama 2021

“Sektor hiburan tetap diperlukan karena orang tetap butuh hiburan saat sulit. Akan tetap ada pasarnya. Kita di kondisi begini harus tetap bergerak. Sehingga caranya tidak harus sama dengan kondisi normal. Tetap wait and see sampai kondisi membaik. Pasar satu turun, tapi ada pasar lain,” kata Jefri.

(Baca: Pengangguran di AS Melonjak, Netflix Hingga Apple TV Gratiskan Layanan)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...